FRIENDSHIT EPISODE 3
“Dag
dig dug deg dog” suara itu terdengar. Itu adalah suara detak jantung dari gue
dan sahabat-sahabat gue. Suara detak jantung gue dag, Qobra dig, Fanhar deg,
Rafat dug, dan si Qucli DOG. Sementara itu, anggota baru yang kemarin baru
masuk cerita, tepatnya si Anung, dia mempunyai suara detak jantung yang aneh.
Kadang tak tik tuk, dar der dor, malahan pernah suara detak jantungnya itu
menyerupai suara drum akoustic.
Kita
itu mempunyai sifat yang tidak baik untuk dicontoh. Yaitu DENDAM. Ya, kita itu
orangnya dendaman. Kalau orang lain berbuat jahat ke KITA, maka akan dibalas juga
dengan kejahatan. Entah asalnya dari mana, tapi ya memang sifat kita semua itu
sama saja. Mungkin inikah takdir TUHAN? *emmm lebay.
Gue,
adalah Zean. Orang yang baiknya kebangetan, tapi dendamnya pun kebangetan.
Karena prinsip hidup gue tuh ya ga mau kalah. Pernah suatu ketika gue lagi badmood, males ngapa-ngapain. Terus ada
teman yang ngasih duit ke gue 5 ribu, katanya sih dia lagi ulang tahun
bagi-bagi duit, tapi karena gue orangnya dendaman, akhirnya besoknya gue bales. Gue kasih dia 2x lipat, yaitu 10
ribu. Eh dia malah nolak uang itu, dia lebih milih tirai nomor 2 yang ternyata
isinya ZONK. Lah? Kok jadi kuis. Jangan dihiraukan, yang pasti, dendam gue itu
ya dendam yang baik.
Qucli,
adalah orang yang paling baik. Kenapa? Karena dalam hidupnya itu tidak ada hal
yang bernama dendam. Dia orangnya ga pernah dendam, tapi orang yang paling
sering kena dendam. Gue aja bingung orang garing kayak gini kenapa bisa kena
dendam terus. Nih ya, setiap orang yang pernah mendengar si Qucli ngelucu itu
pasti punya dendam terhadapnya. Karena setiap Qucli melucu, orang yang
mendengarnya itu pengen muntah, diare, kejang-kejang, bahkan ada yang sampai
mati suri. Biasanya mereka suka dendam dengan menyantet Qucli. Sayangnya ga
berhasil. Soalnya mereka minta santetnya ke orang bodoh, bukan orang pinter.
Qobra.
Orang yang paling jago soal dendam. Kalau ada orang yang menyakitinya, dia
selalu membalasnya. Pernah gue jailin dia dengan memasukan sampah pelastik ke
tasnya, eh ketika dia tau langsung balas dendam. Dia langsung memasukkan Qucli
ke tempat sampah. Dendamnya aneh, gue yang ngelakuin, dendamnya malah ke si
Qucli. Bahkan pernah Rafat dan Fanhar pun menjahili Qobra dengan cara membakar
bukunya. Eh si Qobra marah-marah hingga akhirnya dia membakar si Qucli. Makanya
jangan suka macem-macem ke si Qobra, soalnya kasian ke si Quclinya.
Beda
halnya dengan Fanhar dan Rafat, kedua orang ini selalu dendam ke cewek. Kadang
gue kasian ke ceweknya. Misalnya gini, kalau si Rafat diselingkuhin, maka nanti
ketika dia punya cewek baru, dia bakal selingkuhin ceweknya. Itu ga baik,
kasian ke ceweknya. Kalau si Fanhar lebih parah. Kalau misalkan dia diselingkuhin
sama ceweknya, maka besoknya dia bakal macarin si cowoknya. Jadi si ceweknya
hanya bisa menangis. Nah loh, si Fanhar kalau udah dendam bisa jadi homo.
Sementara
anggota baru kita, si Anung. Gue belum tau soal dendamnya. Tapi sejauh ini,
kita paling seneng kalau si Anung udah dendam. Karena pernah saat itu, ketika
si Anung dijailin sama satpam di sekolah, si Anung sampai marah-marah dan
kesal. Hingga akhirnya dia dendam. Nah, dendamnya itu yang enak. Ketika dia
dendam, maka dia akan mentraktir kita bakso sepuasnya. Aneh banget.
Itu
sekilas perkenalan kita tentang dendam. Yang pasti, jangan macem – macem ke
kita, karena kalian akan merasakan akibatnya.
FRIENDSHIT
Part 3.1
Setelah kejadian kemarin itu, gue jadi jengkel kalau ngeliat
si Qorun. Pangen banget ninju mukanya sampai bonyok. Gue ga nyangka teman gue
yang waktu dulu deket banget sama gue itu bisa ngekhianatin gue. Kalau udah
kayak gini, gue ga akan bisa dendam dengan baik-baik. Tapi yang paling gue
khawatirin sih si Fanhar. Gue takut dia dendam sampai macarin si Qorun.
Hiiiiiii, ga kebayang kalau mereka sampai pacaran. Jijik nanti gue liatnya.
Gue tersadar dari lamunan itu. Karena beberapa meter
lagi, gue bakal sampai di depan gerbang sekolah.
“Bang,
ambil aja kembaliannya buat abang.” Kata gue sambil memberikan duit ke tukang
angkotnya, lalu bergegas lari ke dalam gerbang sekolah. Sengaja gue lari,
karena gue bayar cuma 3 ribu dan itu artinya ga ada kembaliannya.
Hari ini entah kenapa gue bahagia sekali, padahal hati
gue masih dendam sama si Qorun. Ah mungkin memang gue terlalu lebay.
Lorong-lorong sekolah seperti menyambut gue dengan udara sejuknya. Orang-orang
seperti menyapa gue dengan senyumannya. Ini sih hanya khayalan gue aja, aslinya
dari gerbang sampai masuk ke kelas ya biasa aja, nginjek lantai, terus melewati
siswa – siswi tanpa disapa sedikitpun. Maklum, soalnya gue paling populer di
sekolah ini. Lah??
Ketika gue sampai di depan
kelas, teman-teman gue sedang berkumpul dan sepertinya menunggu kehadiran gue.
“Hai, nama kamu siapa?” ucap Qucli menghampiri gue sambil
menyodorkan tangan.
KRIK... KRIK... KRIK...
Teman-teman gue cuma bengong dan tercengang ngedenger si
Qucli ngelucu.
“Nama gue? Kan elo udah tau.” Jawab gue.
“Hehe.. kan gue lagi ngelucu Zean.” Kata Qucli sambil
tertawa terbahak-bahak sendiri. Baru kali ini ada orang yang melucu, tapi
ngomong bahwa ia lagi ngelucu. Terus ketawa sendiri lagi.
Gue simpen tas ke meja gue, tapi meja guenya ga ada.
Iyalah, orang gue belum masuk kelas. Nah sekarang baru masuk kelas, dan meja
gue ada. Setelah itu, gue keluar kelas lagi menghampiri mereka yang lagi
kumpul. Sepertinya lagi mendiskusikan sesuatu.
“Woy Zean, sini! Gue mau ngomong sesuatu.” Kata Qobra.
Gue langsung aja menghampiri mereka yang lagi diskusi. Mereka diskusi dengan
membentuk lingkaran, udah kayak lagi pengajian.
“Ada apa sih?” jawab gue penasaran.
“Gue dendam sama si Qorun. Pengen banget gue gebukin tuh
orang.” Kali ini Rafat yang berbicara.
“Jangan bro. Jangan pake kekerasan. Sabar.” Jawab Qucli
dengan wajah datar tanpa berdosa.
“Terus gimana? Dengan kelembutan hati? Lu pikir hati gue
selembut su*ra?” kata fanhar.
“Tapi kayanya bener juga kata si Qucli bro.” Kata gue
sambil memutarkan mata (biar keliatan mikir)
“Loh? Tumben banget lu pro sama si Qucli?” jawab Qobra
sambil mendelik.
“Jangan – jangan lu disogok? atau malah disantet?” kata
Rafat.
Qucli hanya tersenyum melihat kelakuan teman – temannya
yang seperti itu. Sementara gue lagi muntah ngeliat senyumnya si Qucli.
“Iya dong sayang, pastinya aku sayang kamu.....” tiba –
tiba si Anung berbicara sampai membuat kita berlima sedikit terkejut dengan
ucapannya, lalu melihat ke arahnya.
Ternyata dia sedang video call bareng pacar barunya;
wakil kepala sekolah sekaligus guru fisika kita, yaitu si Mamih. Yang lebih
anehnya, dia video call tapi pake kamera belakang. Jadi si layarnya ngadep ke
kita. Si mamih sedang tersenyum genit di layar itu. Senyumannya itu loh
keliatannya pedes. Kenapa pedes? Soalnya diantara celah – celah giginya ada
sisa cabe yang nongol. Mana cabenya gede banget lagi.
“Eh, si Anung kok sweet banget ya sama pacar barunya?”
kata Qobra.
“Mata lu sweet, jijik banget gue liatnya. Ga kebayang
kalau si Mamih lagi marah, si Anung pasti harus ngerayu pake rumus hukum newton
kali ya?” kata fanhar.
“Masih mending itu mah. Gue mah ngebayangin kalau si
Anung putus sama si Mamih, terus dia bakal galau gabisa move on sampai bikin
kata – kata pake bunyi hukum newton satu.” Kata gue sambil tertawa pelan.
“Bener juga lu Zean hahaa.. contoh kata-katanya apa Zean?”
kata Rafat.
“Begini,
menurut hukum newton satu, benda tidak akan berpindah kecuali ada benda lain
yang memaksanya untuk berpindah.” Kata gue sambil menirukan gaya penyair yang
syahdu.
“Terus?” ucap mereka.
“Begitupun dengan hati. Hati tidak akan berpindah, kecuali ada cinta lain yang memaksanya untuk
berpindah.” Kata gue sambil mengelus dada layaknya orang lagi sedih.
“Plakkkkkkk....” teman – teman gue nepuk jidatnya si
Qucli sambil tertawa menjijikan mendengar omongan gue yang super lebay itu.
“SAATNYA JAM PERTAMA DIMULAI.....” suara bel masuk
sekolah terdengar. Teman – teman gue masuk kelasnya masing – masing. Sementara
si Anung masih sibuk dengan stupidphone miliknya
yang sedang video call bareng si Mamih. Aneh, padahal kan sekarang pelajarannya
si Mamih.
* * *
FRIENDSHIT
PART 3.2
Jam istirahat sudah tiba. Dengan malasnya gue keluar
kelas. Pelajaran tadi pagi adalah fisika, dan itu menyebalkan. Si mamih sebagai
guru hanya memberikan tugas mencatat sebanyak tiga puluh tujuh halaman. Sementara
ia hanya video call dengan si Anung. Padahal satu ruangan. Mana sayang –
sayangan lagi. Dan yang lebih parahnya, cabe yang nempel di giginya masih
nyelip. Malah nambah gede dan banyak. Kayaknya itu cabe tumbuh dan berkembang
biak di giginya.
Di luar kelas sudah ada teman – teman gue. Mereka
sepertinya sedang berdiskusi. Mungkin sedang memikirkan strategi memusnahkan pelakor di dunia ini. Atau mungkin juga
sedang memikirkan cara agar cabe di giginya si Mamih bisa panen lebih banyak?
Ah makin ngaco aja. Akhirnya gue sampairin mereka dengan hati – hati, terus gue
kagetin mereka.
“DORRRRRRR.........” kata gue sambil teriak dan mendorong
mereka.
“Burung Cendrawasih – Burung Cendrawasih..!!!!!” kata
Qobra yang kaget dan sedikit latah.
“Lah? Kok burung cendrawasih?” kata gue heran.
“Ya kan biasanya orang latah Cuma bilang ayam – ayam. Nah gue bikin inovasi baru,
latahnya sambil teriak burung cendrawasih
– burung cendrawasih.” Jawab Qobra menjelaskan.
“Gue baru tau kalau latah itu ada inovasinya.” Kata Rafat
sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Karena dia memakai shampo yang direkomendasikan oleh para
ahli.
“Mungkin suatu saat nanti ada yang latah sambil bilang kucing – kucing bebek – bebek
hahahaaaa..”kata Qucli sambil tertawa terbahak – bahak.
krik... krik... krik... seakan jangkrik di seluruh dunia
berkumpul disitu semua buat ngata-ngatain si Qucli. Sementara gue dan teman –
teman gue cuma tercengang heran ngedenger omongan si Qucli tadi, lalu tepuk
tangan untuk memberi apresiasi terhadap apa yang sudah si Qucli omongkan.
Kita kalau lagi kumpul ya begitu. Suasana lagi asik –
asiknya, tapi pada akhirnya si Qucli selalu memberikan statement yang membuat suasana jadi anyep. Tapi menurut gue itu
adalah sesuatu yang menyenangkan. Karena gue dan teman – teman bisa saling
melengkapi.
“Eh gaes, liat tuh.” Ucap Qobra sambil menunjuk ke depan
kelas yang ada di lantai dua. Disana ada si Qorun lagi manja – manjaan sama
pacar barunya. Si Kayla. Cewek incaran kita semua. Pokoknya manja banget, suap
– suapan makanan. Jengkel gue liatnya, pengen banget gue nyuapin si Qorun, tapi
pake sekop.
“Njirr kok gedek ya gue liatnya.” Jawab gue sambil
mengerutkan alis.
“Sampairin yu. Harus dikasih pelajaran kalau orang kaya
gitu sih.” Kali ini Fanhar yang menjawabnya sambil mengepalkan tangan.
“Pelajaran apa? Bahasa Indonesia? Matematika? Fisika?
Hahaha...” jawab Qucli sambil tertawa terbahak – bahak.
Teman – teman gue langsung mengalihkan pandangannya ke si
Qucli, semuanya mengepalkan tangan. Sementara si qucli tenang – tenang aja
sambil tersenyum, lalu ia juga mengepalkan tangan, setelah itu dia langsung
lari ke kelasnya. Sayangnya gue telat buat sleding
kepalanya.
“Gila tu orang, ngelucu kok ga ada kemajuan ya.” Kata gue
sambil geleng – geleng kepala.
“Gapapa, biarkan dia berkarya.” Ucap Qobra sambil tepuk
tangan.
Si anung datang, menghampiri kita sambil memegang stupidphone nya. Tumben – tumbenan ini
orang nyamperin kita. Mungkin kuota buat video callnya abis.
“Hei, kalian masih ngeributin si Qorun yang nikung kalian
semua? Yaelah pliss deh jaman sekarang banyak cewek diluar sana, ngapain lu
ngeributin satu cewek?” kata si Anung sok ganteng dan sok bijak. Padahal
sepanjang dia ngomong, ingusnya meler sebelah.
“Heh anung, yang gantengnya bagaikan bunyi hukum
newton.....” kata Qobra. Mendengar omongan itu, si Anung malah seyum dan salah
tingkah. Menutup mulut menggunakan tangannya, senyum – senyum manja, terus
ngedipin mata. Udah kayak iklan obat batuk sekaligus obat mata.
“Gue tau,
cewek masih banyak. Tapi kelakuan si Qorun itu berlebihan. Kita harus
memberikan sesuatu yang berharga buat dia. Biar dia kapok. Lo urusin aja pacar
lo yang paling cetar membahana si Mamih guru Fisika itu.” Lanjut Qobra. Tanpa
sadar, ada kepala sekolah di depan kita yang lagi mendengar kita ngrumpi.
Kepala
sekolah kita bernama Pak Gunday. Dia berjenis kelamin laki – laki. Yaiyalah
kalau perempuan ya namanya Bu Gunday. Dia adalah kepala sekolah yang paling
baik. Karena murah senyum, ciri khasnya adalah senyum yang memperlihatkan semua
giginya, bahkan sampai gusi belakangnya pun keliatan. Cocok banget buat jadi
bintang iklan. Bukan iklan pasta gigi sih, tapi iklan “BAHAYA RADANG GUSI.”
Pokoknya senyumnya lebar, ya walaupun ga manis sih. Karena yang manis itu ya
masa lalu gue. Heh??
Pak Gunday sepertinya
mendengarkan omongan kita, tapi ya gue sih yakin dia gakan marah. Karena dia selalu tersenyum.
“EH ADA PAK GUNDAY, SELAMAT
SIANG PAKKK....” ucap kita berlima ke Pak Gunday.
“Hehehe siang juga hehehe..”
jawab Pak Gunday. Ohya, dia pun kalau ngomong pasti sambil tertawa. Tertawanya
pun sederhana. Cuma “hehehe”. Selalu seperti itu. Bahkan ketika pidato saat
menjadi pembina upacara pun dia tertawa sampai ratusan kali. Semua warga di
sekolah pun jadi bingung. Ini kepala sekolah ramah atau emang lagi kerasukan?
Setelah itu, dia pergi. Tapi ada
yang berbeda dari Pak Gunday, dia tidak terlalu ramah kali ini. Entah apa yang
ada di pikiran Pak Gunday, ah sudahlah, gue ga peduli. Tapi yang bikin gue
heran, si Anung mukanya kayak ketakutan, dan langsung masuk ke kelasnya. Ah
sepertinya dia sedikit terpukul oleh omongan si Qobra yang menyindirnya terlalu
keras.
Setelah si Anung masuk kelas, si
Qucli yang keluar, menghampiri kami. Belum aja sampai mendekat, kita sudah
bangun dan mengejarnya hanya karena perihal melucu tadi. Akhirnya gue
kesampaian buat sleding kepalanya. Sampai kepalanya cidera hamstring.
* * *
FRIENDSHIT EPISODE 3.3
Sepertinya
cuaca siang ini panas sekali, makanya gue beli minuman anti dehidrasi. Kalau
teman – teman gue sih minumannya terlalu mainstream.
Ya minuman yang tagline nya ”Apapun makanannya, minumnya tetep air putih”.
Padahal salah sih, itu bisa memicu keributan. Yang bener itu air putih atau air
bening? Yang bener sih air mineral. Cuma belibet aja ngomongnya, makanya lebih
simpel air putih. Lah? Kok jadi ngomongin air?
Suasana di dalam kelas kurang
begitu ramai. Maklum, Homen dan Bokir tidak masuk kelas. Katanya sih sakit,
tapi kayaknya boongan. Soalnya tadi gue liat di instagram, mereka upload foto
lagi liburan di Raja Ampat. Ya walaupun fotonya cuma editan. Ya tapi masa orang
lagi sakit masih sempet – sempetnya ngedit foto. Tapi tak mengapa, asalkan dia
bahagia. Sementara itu, si Qucli belum masuk kelas. Dia di UKS sekolah, soalnya
kepalanya lagi cidera hamstring, habis gue sleding tadi.
Jam pelajaran setelah istirahat
ini adalah pelajaran Pak Limbah, tapi sampai saat ini masih kosong. Soalnya Pak
Limbah lagi ga masuk. Katanya sih lagi sakit. Tapi kayaknya sih boongan.
Soalnya gue juga tadi liat foto di instagramnya upload foto lagi berbaring di
rumah sakit dengan caption “Lagi sakit nih, semoga cepet sembuh ya”. Lah? Udah
tau sakit, kenapa harus diupload ke medsos? Cari perhatian? Atau cari likers?
Kunjungi beranda saya aja, jual likers. Harga mulai Rp 50.000 bisa nembus 100
like. Tertarik? Ayo DM kesini ya. *ini adalah contoh kalimat promosi.
Setelah menutup Instagram hanya
untuk ngelike fotonya Pak Limbah, gue dan teman – teman kembali berunding.
Merencanakan sesuatu. Yaitu balas dendam ke si Qorun. Gue ga ngajak si Anung.
Dia lagi video call sama si Mamih, yang lagi ngajar di kelas sebelah.
“Eh gimana kalau nanti pulang,
kita tunggu si Qorun di depan gerbang sana?’ usul Qobra.
“Cara lu terlalu biasa, Qobra.
Itu bakal keliatan sama warga sekolah.” Jawab gue sambil garuk – garuk. *rambut
ya yang digaruk, bukan yang lain.
Ketika lagi asik – asiknya
berunding. Ada seseorang yang masuk ke kelas. Gue ga mengenalnya. Tapi semakin
dekat, sepertinya gue kenal. Dan ya, gue mengenalnya. Dia adalah QUCLI. Wajar
aja gue kurang mengenalnya, soalnya kepala dia diperban. Udah kayak mummy. Hih
serem. Dan di atas perbannya ada tulisan “Awas, jangan disentuh, kepala ini
sedang cidera hamstring”.
“Njirrr gue kira mummy, bikin
kaget aja lu.” Kata gue. Si Qucli hanya diam. Dia tidak bisa berbicara, seluruh
wajahnya tertutup perban, tinggal matanya aja yang kebuka.
“Uhhhhhh..... pokoknya sayang
bangettttt dehh sama kamuuuu.....” kata Anung yang lagi video call sama ayang
embepnya. Dia berisik banget, mana video call nya masih pake kamera belakang
lagi. Ini sih bukan stupidphone namannya.
Tapi ya memang stupid orangnya.
“Itu orang berisik banget sih.”
Kata Fanhar.
“Maklum, lagi kasmaran.” Jawab
Rafat.
“Heh Zean, terus rencananya
gimana?” kali ini Qobra memotong.
“Begini.” kata gue sambil
memperlihatkan gaya bicara layaknya Mario Bros, eh Mario Teduh. Bukan Payung
Teduh ya, kalau payung teduh itu berlarian kesana kemari dan tertawa. *heh
jangan sambil nyanyi bacanya.
“Gimana?” jawab teman – teman
gue. Sementara si Qucli ga ngomong, maklum kepalanya diperban full face. Udah kayak helm.
“Gue punya teman, nah teman gue
itu punya teman. Dan temannya teman gue itu punya banyak teman. Nah diantara
banyaknya teman dia itu, punya teman yang ahli soal dendam.” Kata gue.
Sementara kelima teman gue cuma
bengong sambil angguk – angguk kepala. Kalau si Qucli angguk – angguk seluruh
badannya. Soalnya kepalanya gabisa ngangguk.
“Ngerti kagak?” tanya gue.
“Ngerti lah.” Jawab mereka.
“Apa coba kesimpulannya?” tanya
gue sambil memasang wajah sombong.
“Hahaaa... Jawab Fanhar!” kata
Qobra sambil menepuk bahu Fanhar.
“Yaelah gitu doang, bisa lah lu
simpulin Rafat!” kata Rafat sambil tertawa dan menepuk bahu Rafat.
“Jadi kesimpulannya
adalah........ jelasin Qucli!” kata Rafat sambil menepuk kepalanya si Qucli. Si
Qucli berteriak tapi suaranya keututup perban.
“Nah itu dia penjelasannya.”
Kata Qobra, kita tertawa puas disitu. Baru kali ini gue dibikin ngakak sama si
Qucli.
“Eh tapi gue punya rencana
sendiri ah nanti pulang sekolah. Gue mau bergerak sendiri aja” kata Qobra.
“Sama, gue juga punya cara
sendiri, liat aja” kata Rafat. Yaudah gue iyain aja mereka.
* * *
FRIENDSHIT EPISODE 3.4
Bel pulang telah tiba, gue
sengaja pulang duluan, ga bareng mereka. Soalnya gue mau nyari teman dari
temannya teman – teman gue yang ahli dendam. Sebenernya sih simpel, si ahli
dendam itu teman deket gue dari SMP. Tapi dia juga adalah teman dari temannya
teman – teman gue. Gue ga salah kan?
Si ahli dendam ini ada di kelas
A. Gue sampai di kelasnya, dan dia belum balik. Lagi sendirian di kelas.
Si ahli dendam ini bernama
Clarisa. Dia berjenis kelamin perempuan. Tapi dia gamau dibilang perempuan, dia
maunya dianggap sebagai cewek. Cukup! Jangan protes katanya. Semua orang
memanggil dia ica. Tapi gue ga manggil dia ica. Pasaran, ga kreatif. Gue biasa
manggil dia Sa’i. Entah muncul dari mana nama itu, yang jelas gue lebih seneng
manggil dia Sa’i. Ciri – ciri fisiknya sih simpel, wajahnya cantik, ada ganteng
– gantengnya sih dikit. Postur tubuhnya tinggi walaupun agak pendek. Badannya
kurus, benar – benar kurus. Padahal makan nya banyak. Mungkin setiap makan ga
pernah baca do’a, atau mungkin dia cacingan. Dari penampilan fisik sih lumayan.
Lumayan ancur maksudnya.
Dia
juga sering menjadi teman curhat. Banyak sekali orang-orang yang memiliki
masalah terus curhat dan meminta solusi ke dia, termasuk guru-guru. Udah kaya
Mamah Dedeh ya.
Yang berbeda dari Sa’i bukanlah
dari segi fisik. Tapi dari sikapnya. Maklum, yang namanya teman gue ya pasti
aneh. Dia dikenal dari sifatnya yang dendam. Bahkan dalam hal – hal sepele.
Sebenernya dendam dia baik dalam
beberapa hal.
Contoh, saat dia meminta
dibelikan sesuatu oleh orang tuanya, tapi orang tuanya tidak membelikannya. Dia
akan balas dendam dengan cara membelinya sendiri. Anak yang mulia bukan?
Contoh yang lain, saat dia
dimarahi oleh guru karena nilai ulangannya jelek. Dia akan balas dendam dengan
cara belajar dan mendapatkan nilai yang tinggi. Anak yang rajin bukan?
Tapi,
Jangan pernah main – main dengan
sosial medianya. Dia adalah pebalas dendam garis keras dalam hal sosial media.
Pernah suatu hari, dia mengambil
ribuan foto selfie di sebuah tepat wisata. Tapi yang dia pilih cuma dua foto.
Lalu dia mengeditnya selama seharian, ketika di upload ke instagram, yg ngasih
love Cuma 7. Itu pun yg ngasih love akun
yang namanya aneh. Maklum, pake hashtag (#likeforlike). Seketika badannya lemas, ototnya kekar, lalu
menelpon menkominfo untuk memblokir instagram. Eh akhirnya menkominfo
memberikan dia followers gratis dan likers gratis sampai sekarang dia jadi
selebgram garis keras.
“Hai Sa’i” sapa gue ke dia
sambil masuk kelas.
“Eh!” jawab dia.
“Kenapa?” tanya gue heran
“Sebelum lu mendekat, lu buka
instagram dulu, kasih love foto yang baru gue upload!” jawab dia tegas.
“Oke.” Jawab gue sambil menghela
napas malas. Lalu membuka instagram dan memberi love pada foto dia yang
lidahnya lagi melet sekaligus manyun. Hih, jijik! “Udah ya!” lanjut gue.
“Sip, sekarang lu boleh kesini.”
Jawab dia sambil memgang hp.
“Ada apa?” lanjutnya.
“Gue butuh bantuan lo!” jawab
gue.
“Hah? Gitu ya? Lu dateng ketika
butuhnya doang?” jawab dia sedikit angkuh. Gue sedikit jengkel ngedenger
jawabannya.
“Enak aja lu! Inget, dulu ketika
lu sakit, siapa yang ngerawat lu? Terus ketika nilai ulangan lu jelek, siapa
yang memotivasi lu? Lu ga inget?” jawab gue sedikit emosi.
“Eh iyaya, elu ya?” tanya dia
sedikit tersenyum.
“Bukan lah! Orang tua elu!”
jawab gue sambil mengangkat alis gue.
“Oh iya gue lupa. Sorry Zean”
kata dia tersenyum. Lalu mempersilahkan gue duduk. Entah gue yang bodoh atau
memang dia yang benar – benar kurang pintar.
“Terus selama ini kenapa ada
siang dan malam? Air laut pasang surut? dan lu tau itu gara – gara apa?” kata
gue sambil tetep emosi.
“Karena orang tua gue juga ya?”
jawabnya sambil tersenyum dan mengangguk.
“Ya karena rotasi bumi lah!
Makanya belajar IPA, maen instagram melulu!” kata gue sambil berkata sinis.
“Eh maaf Zean.” Jawab dia
memelas. Gue tertawa dalam hati, ini anak kenapa? Gila atau emang lagi gangguan
saraf otak?
“Lu kenal Qorun kan?” kata gue.
“Anak kelas B itu? Yang sok
ganteng tapi brengsek?” jawabnya penuh dendam.
“Lah? Kok brengsek?” tanya gue
heran.
“Iya brengsek banget, dia pernah
deketin gue, bahkan udah romantis sampai kita jambak-jambakan, eh dia malah
jadian sama cewek lain. Adek kelas itu tuh yang namanya Kayla. Iya sih, gue tau
cakepan dia. Gue sadar diri.” Jawabnya sambil nangis. Gue heran kenapa dia yang
jadi curhat sampai-sampai gue nenangin dia.
Karena
gue ga tega, gue gajadi cerita sama dia. Setelah itu gue cabut dari kelas itu,
meninggalkan si Sa’i yang lagi merenung. Ketika sampai di tempat parkir, gue
ngerasa ada yang aneh. Tapi gue belum sadar apa yang aneh?
Gue
pikirin,
Gue
renungin,
Dan
akhirnya gue sadar,
Ternyata
gue salah parkiran. Ini tempat parkir masjid sebelah, bukan tempat parkir
sekolah. Alhasil gue balik lagi ke sekolah karena tempat parkirnya kelewat.
Di
tempat parkir gue mendapati Qobra, sepertinya sedang merenung. Dan di seberang
ada kecelakaan motor. Gue liat sih ada Pak Satpam yang lagi tergeletak dan
motornya dibawa ambulance ke rumah sakit.
“Heh
kenapa lu ngelamun?” kata gue.
“Engga
Zean hmmm...” jawab Qobra.
“Terus
itu Pak Satpam kecelakaan kenapa?” tanya gue. Lalu Qobra bercerita dan
menjelaskanya. Lalu bergegas balik. Gue balik nebeng sama si Qobra.
Sesampai
di rumah, gue sengaja tiduran di kamar. Biasa, penyakit anak jaman sekarang, mager. Sambil tiduran gue iseng-iseng
buka instagram. Ohya, id instagram gue bernama @fauzian.muhamad. biar pada percaya aja kalau gue punya instagram.
Nah, gue ga sengaja ngeliat postingan quote gitu yang isinya “Balas dendam terbaik adalah menjadikan
dirimu lebih baik” – Ali bin Ali Thalib.
Awalnya
gue kurang mengerti dengan kalimat ini. Tapi setelah gue pikirin lebih dalam
lagi, ternyata isi maknanya begitu menyayat hati. Lalu, gue punya ide buat kasih
tau teman-temea gue soal ini.
* * *
FRIENDSHIT EPISODE 3.5
Tetew.... teteww... tetewww....
Suara
ayam berkokok di belakang rumah. Suara ayam yang tidak wajar. Maklum, ayam
disini dikasih makan campur micin, jadi suaranya begitu. Gue segera bangun dari
tidur dan beranjak ke kamar mandi. Di dapur, ada nyokap gue yang lagi goyang ga
jelas sambil di video, terus tangannya ngangkat dua jari gitu. Ah, pemandangan
yang sudah biasa. Gue mengabaikannya.
Bokap gue belum balik kerja.
Maklum, lagi lembur. Karena begitu, gue kalau lagi mandi sambil nyanyi lagu
favorit gue, “Qerja lembur bagai Quda.
Sampai lupa istri tua.”.
Setelah semuanya selesai, gue
langsung berangkat ke sekolah. Ngucapin salam lewat WhatsApp. Soalnya tadi gue
ngucapin langsung, ga dijawab. Nyokap gue lagi sibuk maenin hp.
Gue nungguin angkot, tepatnya
sih lagi milih-milih angkot. Khawatir bertemu dengan sopir angkot yang kemarin
gue jailin. Angkot pun datang. Dan gue bersyukur ternyata sopir angkotnya
berbeda. Memakai jaket AW. Biar kekinian, tapi lagunya dangdut koplo. Uh, jadi
angkot favorit kalau sudah begini. Karena tidak terasa, gue sudah sampai di
depan gerbang sekolah aja. Gue bayar, lalu gue jalan ke gerbang sekolah. Tapi,
tiba-tiba sopir angkotnya bilang.
“Dek,
uangnya lebih nih!”
“Ohiya
bang” kata gue sambil menghampiri angkot itu lagi. Gue berpikir ternyata sopir
angkot itu baik. Gue menyesal usil sama sopir angkot kemarin.
Tapi
setelah itu, angkot kembali melaju dan si sopirnya bilang “TAPI BOONG!” dan
tertawa terbahak-bahak.
Jlebb.... detik itu pula gue jadi percaya bahwa karma itu ada. Ternyata itu sopir yang kemarin gue jailin.
Jlebb.... detik itu pula gue jadi percaya bahwa karma itu ada. Ternyata itu sopir yang kemarin gue jailin.
Di pintu gerbang sekolah, sudah
banyak SOSIS yang berbaris. SOSIS adalah organisasi yang bisa dibilang asisten
guru. Kerjaannya nyatetin murid yang telat. Padahal dalam hidup, ada quote yang
mengatakan “Tidak ada terlambat untuk
menuntut ilmu”. Gue pernah menjawab seperti itu ketika gue telat dan
ditanyai oleh guru. Tapi setelah itu, gue di tampar.
Belum sampai kelas, ada
keributan di depan ruang guru. Bahkan ada tukang pisau disitu. Lagi ngejual
pisau buat yang lagi berantem. Mulia sekali ya si abang tukang pisau ini,
membantu orang yang sedang gelud.
Karena penasaran, gue hampiri aja. Tapi sebelumnya, gue beli dulu pisau takut
tiba-tiba gue diserang kan nanti bahaya jadinya.
“Bang,
beli pisau.” Kata gue.
“Boleh
nih pilih.” Kata abangnya.
“Yang
ini ya, berapa?” kata gue sambil memilih.
“1
juta” kata abangnya.
“Dih?
Mahal amat! Biasanya juga 25 ribu” kata gue.
“Murah
amat! Yaudah! 10 ribu dah.” Kata abangnya memelas.
“Lebih
murah ya bang rezeki anak sholeh ini. Makasih bang” kata gue sambil menghampiri
keributan tadi.
Ketika
gue sampai di tempat kejadian. Keributan selesai dan semua murid bubar. Gue cuma
sepintas melihat si Anung yang kepalanya bocor dibawa ke mobil ambulance. Dan
Pak Gunday yang giginya juga bocor. Gue kecewa karena keributan selesai. Mana
gue udah beli pisau lagi. Makanya selepas itu gue berhasil menjual pisau yang stadi
ke tukang pisaunya seharga 1 juta. Lalu gue masuk ke kelas.
“Kok
gue jadi heran ya bisa ribut gitu.” Ucap Fanhar.
“Kayaknya
si Anung nyolek bokongnya Pak Gunday deh.” Kata Qobra.
Ada
perbincangan di dalam kelas.
“Eh
eh eh ada apa sih itu tadi ribut?” kata gue yang baru masuk kelas.
“Yaelah
lu Zean ketinggalan berita nih. Kerajinan sih lu dateng kesiangan.” Kata Qobra.
“Itu
tadi Pak Gunday kepeleset dan jatuh sampai giginya bocor, terus giginya kena
kepala si Anung sampai bocor hahahahahaaa.............” Kata Qucli.
.................
.................... ............... hanya suara angin yang terdengar ketika
Qucli berbicara.
“Qucli?
Lu pengen gue seleding lagi kepalanya?” kata gue. Lalu Qucli hanya
menggeleng-gelengkan kepala.
Sementara
Rafat hanya berdiam diri dan menunduk.
“Habis
ini, liat aja si Qorun yang bakal gue hajar sampai air ketubannya pecah.” Kata Fanhar.
“Oh
iya gue baru inget soal Qorun. Kemarin gue kan nyamperin teman dari temannya
teman-teman gue. Tapi gue belum sempat ngomong. Gimana kalau nanti pulang
sekolah aja? Dia namanya Clarisa yang biasa gue panggil Sa’i, itu yang ada di
kelas A.” Kata gue.
“Oh
si Ica, bilang dong dari kemarin.” Qobra.
“Lu
kenal?” kata gue heran.
“Ya
kenal lah. Di sekolah ini, siapa yang ga kenal selebgram garis keras macam dia.
Semua orang dia follow instagramnya.” Kata Qobra.
“Masa
iya? Emangnya dia tau apa nama semua murid di sekolah ini.” Kata gue ga
percaya.
“Dia
kan minta daftar nama semua murid ke administrasi sekolah. Setelah itu dia
follow satu per satu. Kalau orang-orang ga follow balik, bakal dia kutuk jadi
batu. Mana batunya batu akik lagi.” Kata Qobra.
“Stop!
Jangan ngegosip dong, inget dong tujuan kita cuma satu. Menghancurkan si
Qorun.” Kata Qucli.
“Yaudah
oke pulang sekolah kita temui Ica.” kata Fanhar.
Setelah
itu gue menghampiri Rafat karena dia masih merenung dan tertunduk. Dan dia
bercerita tentang kenapa ada keributan tadi.
Bruakkkkkk...
Tiba-tiba pintu kelas di dobrak. Padahal ga dikunci.
Lalu
muncul sesosok makhluk halus yang ternyata makhluk
kasar. Dia adalah Pak Gunday. Biasanya memasang muka yang ramah. Tapi kali
ini mukanya sangar, walaupun tetap keliatan giginya. Eh tapi ga keliatan
giginya, soalnya giginya lagi diperban.
Kita
semua panik, karena Pak Gunday menghampiri kita.
“Halloooooo......”
sapa Pak Gunday.
Dan
kita terkejut.
* * *
FRIEDSHIT EPISODE 3.6
Di dalam ruangan kelas A
“Oh jadi cuma itu masalah
kalian?” tanya Sa’i.
“Iya dan kita mau balas dendam
sama si Qorun.” Jawab Qobra.
“Gue tau caranya, huahuahuahua”
kata Sa’i sambil tertawa.
Tapi
gue merasa ada hal yang mengganjal, karena semalam membaca artikel yang
sepertinya membuat hati gue sedikit lebih baik, dan akhirnya gue sampaikan ke
Sa’i.
“Tapi kemarin gue baca artikel
di internet ada yang mengatakan Balas
dendam terbaik adalah menjadikan dirimu lebih baik” kata gue sambil
tersenyum. Teman-teman gue langsung pada ngeliatin dan sepertinya tersentuh
hatinya.
“Zean? Lu sehat kan? Tumben lu
bijak.” Tanya Qobra.
“Dasar lu generasi millenium.
Ketika salah dimaki-maki, giliran bener dibilang tumben.” Kata gue.
Sa’i terdiam dan sepertinya
sedang berpikir dan menyerap kata-kata yang tadi gue ucapkan.
“Tapi lu bener Zean. Dan
kayaknya lu semua ikutin aja solusi atau rencana dari si Zean. Kayaknya dia
punya ide yang bagus. Judulnya “Dendam Terbaik”.” Kata Sa’i tersenyum.
“Iya gue punya rencana lain,
gimana? Kali ini lu pada percaya ga sama gue?” tanya gue.
“Bener juga lu, oke Zean kita
pergi dari sini. Apa rencana lu selanjutnya?” kata Fanhar.
“Eh! Kalau mau bikin rencana
jangan disini. Gue mau punya rencana juga ini!” kata Pak Gunday yang ada di
belakang. Gue lupa dia ikut kesini dan mau cerita sama si Sa’i juga. Entah apa
yang mau ditanyakan sama Pak Gunday, intinya kita diusir dari situ dan dia
melanjutkan ceritanya berdua dengan Sa’i. Gue ngeri aja Sa’i digigit sama ini
orang. Bukannya jadi drakula, malah kena rabies
nanti.
Gue bersama 4 teman lainnya bergegas
ke tempat parkir. Ini waktunya pulang, tapi gue ingin menutup kisah ini dengan
hal yang baik, bukan absurd.
Di
tempat parkir.
“Gaess, gue mau ngomong sama
kalian.” Kata gue.
“Yaudah, masa mau ngomong malah
ngomong dulu.” Kata Qobra.
“Iya biasanya lu kalau mau
ngomong ga ngomong dulu,” kata Rafat.
“Eh bentar, si Zian ngomong
katanya mau ngomong dulu. Masa mau ngomong malah ngomong dulu, biasanya kan
kalau ngomong ga usah ngomong dulu. HA-HA-HA.” Kata Qucli tertawa.
Krik...krik...krik... ASLI kali
ini jangkrik di seluruh dunia berkumpul untuk menertawakan Qucli.
Pletokkkk... sebuah gir motor
nyangkut di kepala Qucli. Fanhar yang melemparnya, dan Fanhar berkata “Maaf
cuma becanda”. Melempar gir motor sampai nyangkut di kepala Qucli merupakan
becanda yang wajar bagi seorang Fanhar.
“Ayo, gue serius nih.” Kata gue
dengan ekspresi wajah yang meyakinkan. Lalu mereka duduk dengan bersila dan gue
berdiri. Seperti sedang memberikan tausyiah kepada mereka.
Teman-teman gue langsung
berhenti tertawa dan langsung mendengarkan gue dengan baik. Mereka tau walaupun
gue sering becanda, sekalinya serius harus serius. Karena pernah waktu itu,
saat gue presentasi dengan serius, mereka malah bercanda tertawa. Selepas
presentasi, gue langsung membawa mereka ke rumah sakit, dan gue jual ginjalnya
satu per satu. Sejak saat itu, mereka takut sama gue ketika lagi suasana
serius. Karena mereka tahu ginjalnya tinggal satu, kalau dijual lagi ya habis
lah.
“Kita sedang dalam jalan yang
tidak benar. Dendam itu bukanlah hal yang baik. Tidak ada kebaikan didalamnya,
hanya memberikan kepuasan tersendiri untuk si pendendam. Selebihnya? Tidak ada.
Semuanya buruk.” Kata gue seperti seorang motivator ala ala Mike Tyson. Eh ala
John Cena. Eh salah, siapa ya, oh ya ala Edy Rahmayadi maksudnya.
Sementara itu gue ngeri liat
mukanya Qucli, ada gir yang masih nyangkut di jidatnya. Akhirnya karena
terdesak, gue cabut gir motornya. Lalu gue perban pake daun pisang.
“Sekarang gue tanya ke lu Qobra.
Ketika lu membocorkan ban motor kemarin, yang lu kira milik Qorun, ternyata
milik pak satpam dan akhirnya dia kecelakaan sampai motornya yang masuk rumah
sakit, bukan orangnya. Apa yang lu dapatkan?” kata gue sambil tertawa sedikit.
Dan Qobra menggeleng.
Lanjut gue, “Tidak ada kan?
Justru yang didapatkan hanyalah keburukan. Pak Satpam jadi ga ada motor buat
kerja. Dan lain-lain. Bayangkan kalau itu bokap lu.” Kembali gue senyum dan
sedikit menunduk.
Mata mereka sudah mulai
berkaca-kaca termasuk gue. Dan ternyata si Qucli yang mengeluarkan bawang merah.
Percayalah, mata gue perih banget.
“Dan lu Rafat. Ketika lo sengaja
meletakkan kulit pisang di depan ruang guru. Lalu pisangnya lu titipkan kepada
Qorun yang pada akhirnya Qorun menitipkannya lagi kepada Anung. Yang saat
ketika Pak Gunday terpeleset menginjak kulit pisang, Pak Gunday menyalahkan
Anung sehingga terjadi pertengkaran hebat sampai kepala dan giginya bocor. Apa
yang lu dapatkan?” tanya gue ke Rafat. Dan lagi, Rafat menggelengkan kepalanya.
“Dan terakhir, lo Fanhar.” Kata gue.
“Lho? Kok gue? Gue kan ga
ngelakuin apa-apa walaupun dendam sama Pak Gunday.” Kata Fanhar.
“Iya gue tau, dan gue ga bahas
itu.” Kata gue.
“Terus?” Fanhar sedikit nyolot.
“Gue cuma mau nanya. Ketika lo
diselingkuhin sama cewek lu. Dan cewek lu nemuin cowok barunya. Lalu besoknya
lu malah macarin cowoknya. Apa yang lu dapatkan?” kata gue sedikit jijik karena
si Fanhar berbau gay alias homo.
“Emmmm... yang.. gu-gue
dapatkan.. Cuma kenikmatan.” Kata Fanhar dengan terbata-bata sambil tertunduk.
Sontak gue dan teman-teman gue
terkejut. Ternyata si Fanhar emang homo. Gue dan teman-teman tertawa.
“Hahaaa... Oke cukup-cukup. Tapi
bukan itu maksud gue. Intinya gini, kalimat itu (Balas dendam terbaik adalah menjadikan dirimu lebih baik) benar.”
“Karena balas dendam itu tidak
ada yang baik, semuanya buruk. Kecuali, kalau
balas dendamnya kita jadikan diri kita lebih baik.”
“Kita sebentar lagi mau Ujian,
sebentar lagi lulus. Maka dari itu, kita mendingan belajar aja agar kita dapat
hasil yang baik. Kita buktikan dengan jomblo, kita lebih baik. Apa yang kita
dapat? Kebaikannya bakal kita rasakan loh.” kata gue sambil tersenyum.
Teman-teman gue ikut tersenyum,
lalu berpelukan seperti di film-film. Kecuali Fanhar yang gue ga ijinkan buat
pelukan.
“Yaudah yok balik.” Kata Fanhar.
Kita semua menuju motor masing-masing, gue ikut nebeng sama Qobra lagi. Sementara
si Qucli bingung. Motornya ga ada girnya. Tadi yang nyangkut di kepala Qucli
adalah gir motornya.
* * *
FRIENDSHIT EPISODE 3.7
Hari ini hari senin. Ujian nasional
dimulai. Gue dan teman-teman gue ga punya beban. Masing-masing yakin dengan
hasil yang baik.
“Kiri bang.” Kata gue sambil
memberikan ongkos. Karena angkutan sudah sampai depan gerbang sekolah.
“Ini kembaliannya dek.” Kata abangnya.
“Gausah bang, buat abang aja.” Kata
gue sambil jalan ke gerbang.
“Makasih dek, Alhamdulillah
besok bisa naik haji.” Kata abangnya sambil pergi.
Pagi ini semua murid berbaris
dulu di lapangan, karena ada beberapa pengumuman yang akan disampaikan. Karena hari
masih terlalu pagi, baru sedikit murid yang kumpul di lapangan. Qucli, Qobra,
Rafat, Fanhar, dan Anung sudah ada di lapangan.
“Hello gaesss... gimana udah
siap buat UN?” kata gue menyapa mereka.
“Siap lah, gue malahan persiapan
sampai 3 hari 3 malam.” Kata Fanhar.
“Belajar?” tanya Qucli.
“Bukan. Tidur.” Kata Fanhar.
Bhakssss......
“Eh btw, selamat ya Anung. Semoga
lu tetap langgeng sama si Mamih.” Kata Qobra.
“Langgeng mata lu!” kata Anung
ngegas.
“Lah emang kenapa?” kata gue
peasaran.
“Tuh lu liat!” kata anung sambil
menunjuk pintu gerbang.
Terdapat pemandangan yang
mencengangkan, embingungkan, menyebalkan, dan sangat-sangat aneh. Tidak ada
yang menyangka seperti ini. Bagaimana tidak? Disitu ada Qorun yang masuk dengan
menggandeng tangan si Mamih sambil senyum. Mana cabe yang beberapa hari lalu
masih nempel di giginya lagi. Bahkan di gigi Qorun juga terlihat ada cabenya. Wahh
jangan-jangan?
“Dih mimpi apa gue semalem?”
Kata Rafat.
“Mimpi basah kali!” kata Qucli.
“Ini ga mimpi kan? Coba tampar
gue!” kata Qobra.
Plakkk..... Fanhar menampar
Qobra dengan keras. Mana di tangan Fanhar ada batu akiknya lagi.
“Kalau Qorun sama si Mamih.
Terus Kayla single dong?” tanya gue bingung ke Anung. Anung menggelengkan
kepalanya. Karena tidak lama setelah itu, ada mobil yang masuk ke dalam
gerbang. Itu adalah mobil kepala sekolah, Pak Gunday. Dan keluarlah seorang
wanita yang bernama Kayla bersama Pak Gunday. Lagi, mereka pun bergandengan
tangan. Di pipi Kayla yang mulus itu terdapat gigi Pak Gunday. Hih sampai
nyangkut gitu. Rambutnya masih panjang sepanjang tali silaturahmi.
“Apa
ini?”
“Lho
kok?”
Kita
semua saling bertatapan heran.
Cinta
yang tertukar.
Gue
ngeliat Sa’i dan dia tersenyum ke gue. Dalam hati gue “Dia pasti tahu
ceritanya.”
...
...
* * *
EPILOG FRIENDSHIT EPISODE 3
Selepas Ujian.
“Eh Sa’i, apa yang terjadi?” tanya gue ke Sa’i.
“Setelah
lu dan teman-teman lu pergi. Pak Gunday bercerita bahwa dia ditikung sama si
Anung. Dia sangat mencintai si Mamih. Tapi si Mamih malah jadian sama si Anung.
Dia pengen bales dendam.” Jawab Sa’i.
“Terus?”
kata gue mengerutkan dahi. Masih bingung.
“Ya
gue terinspirasi dari lu yang bilang Balas
dendam terbaik adalah menjadikan dirimu lebih baik. Yaudah gue bilangin aja
ke Pak Gunday bahwa dia ga harus merebut si Mamih dari si Anung. Pak Gunday
hanya perlu mendapatkan yang lebih baik.” Kata Sa’i tersenyum ke gue.
Gue
pun tersenyum mendengarnya. “Lalu si Qorun dan si Mamih?” tanya gue masih
bingung.
“Nah tepat setelah Pak Gunday pergi, datang si
Qorun. Sebenarnya gue masih benci sama dia. Tapi kembali, gue inget kalimat lu
yang bikin gue jadi ga dendaman lagi.”
“Qorun
cerita sama gue katanya dia sudah putus sama Kayla. Karena Qorun tidak pernah
mencintai Kayla. Cinta sejati Qorun Cuma buat si Mamih. Dan Qorun kecewa karena
si Mamih malah jadian sama Anung. Alasan Qorun suka sama si Mamih Cuma karena
si Mamih selalu ada cabe di giginya. Itu kata dia seksi.” Kata Sa’i sedikit
tertawa.
Gue menyipitkan
mata dan mengerutkan dahi, tercengang dengan alasan Qorun.
“Tapi
gue nasehati dia untuk tidak merebut si Mamih dari Anung. Eh karena dia keras
kepala, Qorun tetap merebutnya dan untungnya Anung tegar hatinya.” Jawab dia.
“Kalau
urusan Pak Gunday dapetin Kayla sih gatau. Tapi Pak Gunday kan kepala sekolah,
banyak duit, apa sih yang ga bisa.” Kata Sa’i.
Gue
tersenyum mendengarnya.
“Zean,
lu jangan senyum gitu, manis abisnya.” Kata Sa’i natap gue.
Gue sedikit
mundur karena gue mulai takut karena sepertinya tatapannya aneh.
“Mulai
sekarang, lu jangan manggil gue Sa’i. Panggil clarisa atau sayang ya.” Kata dia
sambil mengunci pintu kelas.
Hal yang
gue takutin terjadi.
“Tidakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk!!!!!!!!!”
gue berteriak.
.
.
.
* SELESAI *