TIADA (Tidak ada namun ada)
CINTA, bisa mengalahkan apapun. Bahkan orang yang kuat
sekalipun bisa menangis hanya karena cinta. Banyak sekali orang yang salah
persepsi tentang cinta. Banyak yang berkata bahwa cinta hanya terdiri dari
kedua remaja alay yang menyukai satu sama lain. Namun, faktanya tidak sesimpel
dan semudah itu. Dengarkanlah!
Cinta adalah sebuah perasaan tulus yang berada di
lubuk hati seseorang yang paling dalam. Aku ingatkan lagi, Perasaan Tulus yang ada di lubuk hati seseorang yang paling dalam.
Perasaan tulus itu tidak bisa direncanakan dan diperkirakan. Dia akan datang
kapanpun ia mau. Ada yang hanya membutuhkan waktu sekilas untuk memunculkan
perasaan tulus itu. Ada juga yang membutuhkan waktu yang lama untuk memunculkan
itu. Setiap orang mempunyai caranya masing – masing. Namun, di sini aku tidak
akan membahas itu. Aku akan mengungkapkan sebuah
perasaan tulus yang tumbuh oleh harapan yang tidak ada, namun sebenarnya ada.
Bagaimana? Ini dia:
* * *
TIADA (Tidak ada namun ada)
Written by: Muhamad Fauzian Sebastian (Zian Faufau)
Aroma tak sedap mengiringi pagi ini. Pagi dimana atap
– atap rumahku sepertinya masih kuat menahan guncangan air hujan dan angin.
Beda dengan atap hati ini, yang sepertinya sudah sedikit melemah dan tidak kuat
menahan rasa sakit. Bukannya lebay, rasa tulus bukanlah hal yang hanya
membelai, namun perasaan itu akan terus menagihnya jika keinginan tidak
tercapai.
Kalian yang menyebutku lebay, boleh saja berbicara
seperti itu. Bahkan sangat boleh. Namun kau akan mengerti ketika kau merasakan
posisi ini. Posisi dimana perasaan tulusku meminta agar keinginannya segera dikabulkan.
Apa keinginannya? Simpel, tapi menyusahkan! Ia hanya ingin cintanya terbalaskan
terhadap orang yang sudah diperjuangkannya. Simpel kan? Simpel untuk membuat
batin ini semakin tersiksa!
Sepanjang aku mencintainya, malam hariku tidak pernah
lepas dari bayangannya. Bahkan, ketika aku tertidur pun dia selalu menghampiri
mimpiku di setiap malamnya. Namun inilah resiko sang pencinta diam – diam. Kau
harus merasakannya sendiri. Tanpa balasannya. Tanpa cintanya. Dan yang lebih
kejamnya lagi, kita harus mencintai tanpa harus diketahui olehnya. Itu fakta
dari Sang Pencinta Diam – diam.
Apa yang dimaksud tidak ada, namun ada?
Apakah kamu pernah berada di posisi dimana kamu sedang
mengharapkan seseorang, namun kamu seakan menyangka bahwa memilikinya itu sudah
tidak ada harapan, padahal harapan itu sebenarnya ada. Tapi tidak terlihat.
Rumit bukan? Ibaratnya, kamu mencintainya. Tapi mainset ataupun pikiran kamu
berkata bahwa memilikinya itu sudah tidak mungkin. Padahal belum tentu. Harapan
itu memang tidak terlihat ada, namun sebenarnya ada. Kau harus sabar, sabar,
dan terus sabar. Tapi tahu diri saja, sabar terus menerus akan menyebabkan rasa
sakit yang berkepanjangan. Itu PERIH!
Ketika pagi datang menyapa, aku sedikit bersedih.
Kenapa? Karena itu artinya, memilikinya dalam mimpi sudah berakhir. Ya! Inilah
yang dilakukan oleh aku sang pencinta diam – diam. Jika aku tidak bisa memilikinya
di dunia nyata, maka aku akan bisa memilikinya dalam dunia mimpi. Tidak
masalah, yang terpenting aku bisa memilikinya walaupun dalam dunia mimpi. Tak
mengapa, yang terpenting aku bisa bahagia tanpa harus mengganggu kebahagiannya.
Maaf, aku terlalu berharap! Kau sebenarnya tidak
pernah bersalah dalam kisahku. Kau hanya orang yang aku cintai. Biarkanlah...
biarkanlah batin ini tersiksa oleh harapan yang ia bangun sendiri. Perasaan
cinta adalah mutlak, tidak seperti harapan yang lama – lama akan terus membuat
sesak. Perasaan cinta adalah perasaan dimana kamu harus berani menghentak, tak
peduli apa jawaban yang akan kamu dapatkan kelak.
* * *
Hai, Apakah kau baik – baik saja? Kau masih ingat
denganku? Orang yang tersiksa disini. Dulu, aku tidak pernah peduli denganmu.
Bahkan tidak mengenalmu. Namun kau tahu? Semenjak pertemuan yang tidak
disengaja itu, aku menjadi peduli denganmu. Bahkan, aku ingin mengenal lebih
jauh tentangmu. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk berjuang. Ingat!
Sebelumnya aku tidak pernah merasakan cinta yang seperti ini. Tapi tak mengapa,
aku Akan berjuang untukmu!
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Semua itu
semakin menemukan titik terang. Titik dimana kamu adalah kepribadian yang
tertutup. Kepribadian yang berkelas, yang membuatku semakin penasaran. Inilah
kepribadianku! Aku tidak pernah menyerah dalam hal mencintai. Kembali, aku
tidak menyerah dengan kepribadianmu. Aku memutuskan untuk terus berjuang!
Setiap malam aku selalu melihat ke langit. Memandang
beberapa bintang sambil bergumam “Apakah
kamu seperti bintang itu? Yang hanya bisa dipandang dengan indah, namun tidak
akan pernah bisa digenggam.”. Sampai di suatu hari, aku tertunduk. Merasa
menyerah akan situasi. Merasa bahwa aku sedang berada di sebuah konflik yang
terjadi pada kondisi di tubuh ini. Dimana hati dan pikiran tidak akur. Pikiran
meminta untuk menyerah, dia lelah terus memikirkan seseorang yang acuh. Namun,
hati meminta untuk bertahan. Ia meminta untuk bersabar. Akhirnya! Aku menuruti
permintaan hati lagi.
Lihatlah! Dia mulai menunjukkan perubahan. Harapan itu
ada! Sikap dia semakin manis terhadapku. Semakin membuatku yakin bahwa dia
mencintaiku. Awalnya, bahkan beberapa bulan dia cuek sekali terhadapku. Namun
lihatlah sekarang! Dia nyaman bersamaku. Ya, awalnya hanya cuek dan terlihat
tidak ada harapan. Namun sekarang harapan itu malah muncul membuat hatiku
tersenyum untuk bisa lebih sabar lagi.
Waktu terus melaju cepat, tidak peduli dengan apa yang
terjadi di kehidupan ini. Membuatku semakin dekat dengannya. Membuatku terus
mencintainya. Aku dekat dengannya. Bahkan sangat dekat. Membuatku tidak pernah
merasakan hal yang bernama GALAU lagi. Dia mengobati lukaku. Lihatlah! Aku
bahagia.
Namun inilah hidup. Kadang waktu bisa merubahnya
dengan begitu cepat. Mengapa? Saat aku mulai nyaman dengannya, waktu telah
merubahnya. Dia kembali cuek seperti dulu. Membuat sang hati kembali terluka.
Kembali LEBAY!
Hari – hariku kembali hampa. Tanpanya, tanpa
kehidupannya. Membuatku kembali berbaring di ranjang empukku. Kembali berfikir
untuk BERTAHAN atau MERELAKAN? Membuat perdebatan antara pikiran dan perasaan
lagi. Tak apa, aku memutuskan untuk kembali memilih perasaan. BERTAHAN. Entah
sampai kapan aku akan kuat. Aku akan selalu memperjuangkannya. Sampai kapanpun
itu!
Ingat! Melalui tulisan ini, aku berkata bahwa aku akan
terus berjuang. Tidak peduli apapun hasilnya. Aku akan berjuang sampai hati
berkata “Situasi sudah sangat tidak
mungkin. Saatnya untuk menyerah, lalu pergi!”. Karena aku selalu percaya, bahwa harapan itu tidak ada, namun
sebenarnya ada.
* * *
Jangan lupa komen dan share ya!
Written by: Zian
Faufau
FB: Fauzian
Sebastian
IG: fauzian.faufau