Buat kalian yang belum membaca yang episode 1, dianjurkan
untuk membaca yang episode 1 nya dulu. Karena cerita ini adalah lanjutan cerita
dari yang episode 1. Bagi yang mau membaca yang episode 1, bisa klik di link
ini:FRIENDSHIT EPISODE 1
Bagi
yang sudah membaca, silahkan langsung baca ceritanya di bawah ini.
Cekidoooooooooooooooootttttttttttttttttt.............
FRIENDSHIT
Episode 2
Gila, mungkin itulah passion yang
gue miliki. Tau passion? Ya, itu adalah kebiasaan dan keahlian yang kita
miliki. Biasanya sih gue yang paling gila diantara teman-teman gue. Karena gue
selalu beranggapan jika hidup gue ga gila, berarti hidup gue ga seru.
Yang belum di ceritakan tentang gue, Qobra, Qucli,
Rafat, dan Fanhar itu ya tentang percintaan. Gue ga pernah tau dan paham apakah
hal yang bernama percintaan itu. Jujur, kita berlima itu semuanya jones, alias
jomblo Happyness. Tapi khusus Qobra
dan Qucli itu jomblo ngenes. Mereka ga punya pacar karena memang tidak ada yang
mau. Gue, Rafat dan Fanhar itu jomblo karena kita terlalu pemilih dalam hal
cewek.
Gue Zean, cowok yang paling suka sama cewek alim,
baik, dan pendiam. Gue paling ga suka sama cewek yang genitnya minta ampun.
Kenapa gue bilang gitu? Karena pernah waktu gue lagi main sendiri di mall,
terus gue liat ada sepasang cewek dan cowok lagi pacaran. Si cowok itu sibuk
dengan hp nya, sementara ceweknya sibuk maenin mata dengan cara mengedipkan
mata ke setiap cowok yang lewat di depannya. Gue pun ilfeel ngeliat cewek kayak gitu, akhirnya gue juga sengaja lewat di
depannya, lalu cewek itu bilang ke cowoknya, “Mata gue kelilipan nih”. Oh
ternyata dia bukan genit, tapi kelilipan.
Rafat adalah cowok yang paling suka
sama cewek yang lenjeh, langsing, dan bersuara hentai. Dia itu memang jagonya
soal cewek. Bahkan, semua karakter dari cewek itu pernah ia rasakan. Dari mulai
yang suka tidur, sampai yang suka ditidurin. Dari mulai yang suka main, sampai
yang suka dimainin. Dari mulai yang sering hunting, sampai yang sering bunting.
Diantara kita, Rafat adalah cowok yang paling disukai cewek. Memang muka dia
lumayan, tapi ya sikapnya terlalu berlebihan. Dia kalo pacaran itu di banyak
tempat. Kadang di bioskop, di mall, di sekolah, dan banyak lagi. Yang belum gue
liat sih dia pacaran tempat ziarah. Karena itu dilarang. Tapi sekarang dia lagi
jomblo, katanya sih lagi capek. Soalnya tadi dia abis dikejar sama anjing.
Fanhar adalah cowok yang mukanya
tua. Dia tuh kalau pacaran pasti sama yang lebih tua dari dia. Tapi ga
nenek-nenek juga sih. Dia sukanya pacaran sama kakak kelas. Tapi selera cewek
dia tuh buruk banget. Ada yang mukanya datar, datar yang berarti ga ada
matanya, ga ada hidungnya, ga ada mulutnya, pokoknya datar banget. Ada juga
yang bohay banget, saking bohaynya, pakaian yang cewek itu pakai sudah tidak
muat, karena yang dipakai adalah pakaian dia waktu SD. Tapi sama seperti Rafat,
Fanhar juga sekarang lagi jomblo. Bedanya, Fanhar ini jomblo bukan karena
capek, dia hanya bosan. Karena kata dia pacaran itu ga cuma ngabisin waktu,
tapi bisa juga ngabisin time.
Kalo soal Qucli mah ga usah diceritain. Soalnya setiap
dia suka sama cewek, maka ceweknya malah suka sama gue. Selalu seperti itu.
Pernah saat itu dia suka sama cewek yang namanya Vera, tiap hari Qucli
memikirkan Vera. Dia lagi tidur, mikirin Vera. Dia lagi makan, mikirin Vera.
Dia lagi mandi, mikirin Vera. Bahkan dia lagi bo*er pun mikirin Vera. Tapi
setiap dia chat, Vera ga pernah respon. Sampai pada akhirnya Vera malah chat
gue dan ternyata dia suka sama gue. Kalo udah gini, gue ga respon. Karena gue ga
pernah nikung temen gue. Kecuali kalo ceweknya cantik.
Yang terakhir, Qobra. Gue itu males
ngomongin ini orang. Bukannya benci, tapi kasian. Di antara yang lain, Qobra adalah
orang yang mempunyai kisah paling tragis di kisah cintanya. Tiga kali deketin
cewek, sembilan kali ditikung sama cowok lain. Apalagi yang terakhir, namanya
Resto (nama tidak disamarkan). Qobra itu sudah mengincarnya sejak lama,
berbagai cara telah dilakukannya untuk mendekati Resto. Dari mulai mendekati
orang tuanya, nyare’at di makam, sampai ngedeketin orang tuanya yang lagi
nyare’at di makam. Tapi hasilnya? Nihil. Resto justru ditikung sama cowok yang
namanya Wandi. Menurut gue, keputusan Resto sangat tepat. Karena kalo gue jadi
Resto, gue juga bakal lebih milih Wandi dari pada si Qobra.
*Cukup
perkenalannya ya.
FRIENDSHIT Part 2.1
Di dalam kelas sudah ada
Rafat, Fanhar, dan Qobra. Mereka sedang berbincang-bincang secara tertutup.
Karena kalo secara terbuka, ya panas lah masa iya ada kelas yang terbuka. Kelas
gue adalah kelas yang paling rapih dan bersih. Saking bersihnya, kursi dan
mejanya ga ada. Jadi kita kalau lagi belajar ya lesehan pake tiker.
Gue
dan Qucli langsung menghampiri mereka yang sedang duduk dipojokan kelas, mereka
gayanya kayak yang lagi ngelem. Tapi bukan lagi ngelem, mereka lagi ngobrol.
Anehnya, mereka itu ngobrol, tapi pada ngedengerin musik pake earphone di
masing-masing telinganya. Mana volumenya pada gede banget lagi. Sampe-sampe
kedengeran ke kantor. Padahal segitu pakai earphone.
“Lagi pada ngapain bro?”
tanya gue sambil mengangkat earphone mereka semuanya. Lalu, gue duduk diantara
mereka.
“Lagi pada ngobrol lah.”
Cetus Rafat.
“Oh kirain lagi pada
ngobrol.” Jawab gue.
“Engga
kok, kita lagi ngobrol.” lanjut Fanhar.
“Oh
lagi pada ngobrol ya?” lanjut Qucli.
KRIK...KRIK...KRIKK...
Tidak
ada jawaban yang terdengar setelah Qucli ngomong, kecuali Qobra yang menirukan
suara jangkrik tadi.
Setiap pembicaraan yang akan
dibahas, selalu gue yang harus mulai. Karena kalo gue ga mulai, maka ga akan
ada yang mulai. Bahkan pernah suatu hari, kita dikasih tugas sama sekolah buat
wawancara salah satu pedagang di kantin sekolah. Kita cuma diem aja di depan
pendagangnya, sementara pendagangnya cuma nungguin kita nanya. Gue di situ
perannya sebagai kameramen, jadi ga bisa ngasih pertanyaan. Kita disitu
seharian mewawancarai pedagang, tapi cuma ada satu pertanyaan yang terlontarkan
dari mulut mereka, yaitu “Nama Bapak siapa?”. Udah, segitu doang. Tapi nilai
wawancaranya paling besar, hebat kan?
Gue dan Qucli ikut nimrung aja sama
mereka yang lagi duduk di pojokan. Lalu, gue buka topik yang mau dibahas.
“Bro,
gue mau ngomong sesuatu.” Ucap gue.
“Ngomong
apa Zean?” jawab Qobra.
“Sesuatu..”
ucap gue dengan muka yang datar tanpa ekspresi.
Temen-temen
gue pada diem dan tercengang mendengar omongan gue. Sampe-sampe mereka
geleng-geleng kepala dan ga berhenti-berhenti, kayak yang lagi dzikir.
FRIENDSHIT Part 2.2
Jam pelajaran pertama dimulai,
terlihat di antara dua pintu yang sudah tidak layak pakai itu seorang guru
masuk dengan seorang murid. Ya, nama gurunya adalah Bu Sahroni. Biasa gue
panggil Busah. Dia adalah guru yang posisi di sekolahannya sebagai kesiswaan.
Biasanya, Busah ini suka membawa murid baru. Bahkan, pernah Busah membawa murid
baru lahir. Tapi pas ditanya itu bukan murid, tapi anaknya yang baru lahir.
“Ya
anak-anak, ibu membawa anak baru.” Ucap Busah.
“Anak
baru lahir bukan bu?” jawab Bokir, orang paling gila di kelas.
“Enak
aja, maksudnya ini murid baru. Namanya Anung.” Jawab Busah memperjelas.
Murid
baru ini sedikit aneh, kepalanya botak sebelah, kacamatanya bolong sebelah, dan
ingusnya pun meler sebelah. Badannya gendut, tapi warna kulitnya item, sedikit
ungu.
Karena
ga terima, gue protes aja.
“Tapi
kan bu, kelas kita sudah penuh, tidak ada kursi yang tersisa.” Jawab gue dengan
nada yang tegas.
“Itu
di luar ada kursi, tadi ibu bawa.” Jawab Busah sambil mengambil kursi itu.
Ternyata,
kursi itu adalah kursi yang paling nyaman, karena empuk layaknya sofa.
“Bu,
enak amat itu kursinya empuk.” Ucap Homen, orang paling ga bisa diem di kelas.
“Kata
siapa? Walaupun ini kursinya empuk, tapi
butuh berjuang karena harus belajar dan tidak tidur. Soalnya banyak di luar
sana, orang yang dikasih kursi empuk, eh malah dipake buat tidur.” Ucap
Busah. *Ceritanya penulis lagi nyindir dan bikin pesan moral.
Semua murid yang ada di kelas langsung
terharu, bahkan ada yang sampai nangis meratapinya. Gue pun heran, kenapa gue
ada di kelas yang kayak gini ya? Gue ngeliat Qucli si manusia garing. Dia
nangis, tapi yang dikeluarkan bukanlah air mata, melainkan debu dan batu
kerikil. Mungkin saking garingnya.
FRIENDSHIT Part 2.3
Jam istirahat pun tiba. Gue kasian
juga sih ngeliat si Anung cuma diem ga ditemenin sama sekali. Dia cuma bisa
maenin gadgetnya. Katanya, itu bukan smartphone. Tapi stupidphone. Gadgetnya
cuma bisa dipake main game dan nonton
film. Filmnya pun aneh-aneh. Judulnya film, tapi isinya sinetron. Ada tuh
judulnya yang aneh, kayak Ganteng-ganteng Phytagoras, Hukum Newton yang
Tertukar, Buku Paket Jalanan, dan masih banyak lagi. Dari judulnya sih udah
mendidik.
Gue
ngajak Qucli aja buat ngedeketin Anung.
“Hai!”
sapa gue dan Qucli.
Anung
hanya berdiam diri saja tanpa menengok ataupun menjawab kita.
“Haiiiiiiiiiii........!”
kembali sapa gue dan Qucli lebih keras.
Kembali,
Anung tidak menjawabnya dan hanya berdiam diri saja.
Gue
perhatiin,
Semenit,
Sejam,
Setahun,
Dan
ya, terbongkar sudah. Ternyata dia tidak menjawab karena dia memakai earphone,
jadinya ga ngedenger. Gue tarik aja
earphonenya sampe putus kabelnya, untung telinganya ga putus.
“Eh,
ada apa?” tanya Anung.
“Lagi
ngapain lu?” tanya gue.
“Ini
gue lagi maenin gadget.”
Gue
perhatiin gadget si Anung ternyata dia lagi nonton film yang ga wajar.
Pak
Soang, lewat di depan kelas kita. Terus dia nyamperin kita dan bertanya.
“Sedang
apa kalian?”
“Ini
pak, si Anung lagi nonton film ga wajar.” Jawab gue.
Ngedenger
omongan gue, Pak Soang langsung membentak.
“Apa?
Kamu anak baru sudah macam-macam ya! Serahkan hp kamu!”
Dengan
sangat lugu, Anung memberikan hp nya pada Pak Soang. Lalu, Pak Soang memeriksa ponsel
itu. Pak Soang kembali memberikan hp itu kepada Anung dan mukanya memerah.
Karena setelah diperiksa, ternyata filmnya adalah film kartun yang judulnya “Ga
Wajar”. Mungkin itu yang dimaksud film ga wajar.
FRIENDSHIT Part 2.4
Kerjaan gue kalo lagi di kelas saat
guru ga ada ya cuma melamun dan mengkhayal. Karena itulah gue merasa bosan. Setelah
pelajaran selesai, gue perhatiin temen-temen gue. Gue fikir, mereka juga sama
kayak gue yang merasa bosan. Akhirnya gue samperin temen-temen gila gue yang
lagi ngerumpi di luar kelas dengan tambahan satu orang, yaitu si Anung.
Gue
langsung gabung dengan mereka, dan mulai mengeluarkan topik pembicaraan yang
sudah gue rencanakan.
“Bro,
gue punya ide. Gimana kalo kita cari cewe buat jadiin pacar. Kan keren kalo
kita punya pacar.” Kata gue sambil mengacungkan jempol seakan-akan itu adalah
ide brilian.
Temen-temen
gue pada diem dengan tatapan yang mencengangkan. Ditambah Anung yang selalu
sibuk dengan gadget nya untuk menonton film ga wajar yang durasi waktunya 2
bulan, 3 hari, 4 jam, 5 menit dan 90 detik.
“Kok
pada diem? Ayolah.” Kata gue sambil mengangkat kedua bahu gue.
Dengan
memutar matanya, Fanhar menjawab.
“Telat
lu Zean. Dari tadi kita lagi ngomongin itu. Lu aja yang kudet ngelamun sampe 3
hari 3 malam di kelas.”
“Hah?
Benarkah?” jawab gue dengan pura-pura terkejut.
“Mulai
deh lu lebay.” Kata Rafat.
“Jadi,
gimana rencananya?” tanya gue.
“Gue
punya ide.” Jawab Qucli.
Tumben-tumben
nih anak punya ide. Biasanya diem terus.
“Apa
ide lu?” kata Qobra.
“Gimana
kalo pake strategi 4-3-3. Jadi serangannya mantap.” Jawab Qucli sambil sedikit
tertawa.
KRIK...KRIK...KRIK...
Gue
dan temen-temen hanya bisa terdiam dan mengerutkan alis. Lah terus yang bunyi
krik-krik dari mana? Oh ternyata di belakang gue ada Pak Soang yang lagi niruin
suara jangkrik. *boom garing abis si Qucli.
Tapi,
kali ini ada yang ketawa. Yaitu si Anung.
“Apanya
yang lucu nung?” kata gue.
“Ini
di video orangnya pada o’on.” Jawab dia sambil ingusnya perlahan menetes.
Ternyata
si Anung ketawa karena film ga jelas dan ga wajar yang sedang ditonton di
hpnya.
“Yaelah
elu masih aja ga ada peningkatan ya ngelucunya.” Kata Qobra sambil nepok
jidatnya.
“Gue
ada ide nih.” Kata gue.
“Gue
juga punya.” Kata Fanhar.
“Sama,
gue juga punya.” Kata Rafat.
“Gue
pun punya.” Kata Qobra.
Gamau
kalah, Qucli pun berkata,
“Gue
juga punya dong.” Kata Qucli.
PLAKK!!!!!
Saat itu juga gue sama temen-temen langsung nepok jidat si Anung. Lah? Kok jadi
si Anung yang ditepok jidatnya? Oh ternyata di jidatnya si Anung ada nyamuk
segede anak kucing.
“Gue
ga percaya ide si Qucli. Yaudah gimana ide lu Qobra?” tanya gue.
“Emmmmm...
ide gue ngikut ide si Rafat aja deh.” Jawab Qobra.
“Yaudah
ide lu apa Rafat?” kembali tanya gue.
“Oke,
ide gueeee....... emmmmm..... ngikut ide Fanhar aja deh.” Cetus Rafat.
“Yaelah
elu pada gimana sih. Yaudah lu Fanhar awas lu kalo jawab ngikut ide gue.” Kata
gue ngancem.
“Tenang
Zean. Gue ga akan ngikutin ide lu.” Jawab Fanhar sambil tersenyum.
“Lalu
apa?” kata gue sambil tersenyum palsu.
“Gue
mau ngikut idenya si Anung aja.”
Lah?
Ini temen-temen gue yang pada gila apa gue aja yang salah masuk sekolah ya.
“Ah
pusing gue lama-lama. Udahlah ikutin apa kata gue aja ya? Kemarin aja si Qucli
nilainya remedial jadi aman gara-gara ngikutin apa kata gue kan?” kata gue.
“Yaudah
apa rencana elu?” tanya Fanhar.
“Kita
semua incer masing-masing satu cewek. Tapi, rahasiain ceweknya siapa. Terserah
caranya gimana. Yang penting, nanti kita lihat siapa yang berhasil dan siapa
yang gagal. Gimana?” kata gue sambil ngejelasin ala Mario Teduh.
“Gue
setuju.” Cetus Anung sambil terus nonton film kesukaannya.
Lah?
Kenapa si Anung yang setuju. Bukannya dia ga ikutan ya? Ah sudahlah abaikan
saja orang itu.
“Gue
setuju sama usulan lu Zean.” Jawab Fanhar.
“Gue
juga.” Kata Rafat.
“Gue
juga.” Kata Qobra.
“Gue
juga.” Kata Qucli.
Ya,
itulah rencananya dan kita sepakat untuk itu.
FRIENDSHIT Part 2.5
Aneh bagi gue, gue yang ngasih ide
tapi gue sendiri yang bingung harus gimana buat ngejalanin ide itu. Sampe-sampe
kefikiran terus di otak gue. Di rumah, gue cuma mikirin hal itu. Gue makan,
mikirin itu. Gue mandi, mikirin itu. Gue makan sambil mandi, mikirin itu juga. Lah?
Harus gimana caranya biar gue bisa dapetin pacar?
Gue nyerah buat mikirin hal itu,
akhirnya gue coba nanya ke nyokap. Nyokap gue adalah orang yang punya kekuatan
sakti. Kalo dasi gue ilang di lemari, dan gue ga nemuin, nyokap gue adalah
orang yang punya kekuatan sakti buat nemuin dasi itu. Pernah waktu itu gue
nyariin dasi sampe ke atap rumah, ga nemu juga. Akhirnya gue tanya ke nyokap
gue.
“Mah,
dasi Zean kemana?” kata gue.
“Ya
ga kemana-mana lah. Emangnya dasi kamu bisa jalan-jalan?” jawab nyokap gue.
“Yaelah
mah, maksudnya disimpen di mana?”
“Di
lemari Zean, kamu cari yang bener.”
“Engga
ada mah.”
“Kalo
ada, kamu mama kutuk jadi batu ya.” Ancam nyokap gue sambil nyamperin gue.
Nyokap
gue langsung nyari dasi itu di lemari dan ga sampe 5 detik, udah ketemu.
“Ini
apa? Dasi kan?” kata nyokap gue sambil memperlihatkan dasi itu.
“Lah
tadi Zean cari ko ga ada?”
“Yaiyalah,
kan sama mama umpetin.” Jawab nyokap gue.
Ah setelah gue inget hal itu, gue
urungkan niat gue buat nanya ke nyokap gue tentang cara dapetin pacar.
Mendingan gue masuk kamar dan selonjoran biar sedikit tenang. Sampe akhirnya
gue tidur buat nenangin itu. Ketika gue mimpi, gue juga malah mimpiin itu.
Akhirnya gue punya ide. Gue punya
temen yang pinter banget dalam hal cewek, yaitu si Qorun. Dulu, Qorun itu
gabungnya sama gue dan Qucli. Tapi entah kenapa dia berubah sejak negara api
menyerang. Qorun itu tampangnya ganteng dan sikapnya baik, sayangnya semua itu
sirna ketika ngeliat badannya yang tipis setipis dompet anak kost di akhir
bulan. Kulitnya hitam sehitam pantat wajan. Tapi, dia itu disukai banyak cewek.
Memang sih ceweknya cuma satu, tapi gebetannya segudang. Sampe-sampe dia punya
katalog daftar gebetannya. Gue berencana buat nanyain ke dia di esok hari.
FRIENDSHIT Part 2.6
Hari pun kembali di mulai, gue
dengan semangat untuk menjalani hari ini. Sampai-sampai, di rumah, gue makannya
cepet banget. Gue makan sambil minum. Udah mah minumnya jamu lagi. Untung
jamunya manis, semanis muka kamu. *Huekkkkk mana ada jamu yang manis? Berarti
mana ada muka kamu yang manis.
Gue abaikan apa yang terjadi di
rumah tadi. Gue udah kapok minum jamu.
Akhirnya gue naik angkot, entah
mengapa ini angkot kok lemot banget. Bahkan banyak berhentinya.
Lagi
maju, berhenti,
Lagi
mundur, berhenti.
Lagi
berhenti, berhenti.
Setelah
menyebrangi laut dan melewati lembah, akhirnya gue sampai di sekolah yang
jaraknya hanya 2 km dari rumah.
Gue masuk kelas, tapi kenapa kelas
gue kosong? Oh ternyata gue salah masuk. Gue malah masuk ke gedung penimbunan
solar. *Kenapa sekolah gue ada gudang penimbunan solar? Ah ga jelas deh.
Tepat di depan kelas, teman-teman
gue udah kumpul semua. Padahal, ini baru jam 07.30. Itu bukanlah hal yang
wajar, karena biasanya teman-teman gue datengnya jam 10.
“Hai
Zean.” Ucap Qobra.
“Hai
Zean.” Ucap Fanhar.
“Hai
Zean.” Ucap Rafat.
“Hai
Zean.” Ucap Qucli.
“Hai
Zean.” Ucap Anung sambil memainkan stupidphonenya.
Gue
heran, tumben amat mereka pada senyum gini. Mungkin mereka lagi seneng karena
uang jajannya ditambah.
“Tumben
amat lu lu pade seneng dan ramah gitu?”
“Kita
semua udah tau dong cara dapetin cewek dan udah tau ceweknya yang mana.” Jawab
Rafat dengan muka yang sombong dan angkuh.
“Tapi
kita saling merahasiakan satu sama lain siapa ceweknya dan gimana caranya.
Intinya, besok kita lihat siapa saja yang berhasil dengan caranya.” Kali ini
Fanhar yang menjawab layaknya detektif.
“Oh
gitu? Oke gue bakal buktiin.” Jawab gue sambil memakai kacamata yang item kayak
orang buta.
Dalem
hati gue berkata, gue punya cara yang lebih keren dari kalian. Kalian paling
cuma dapetin cewek yang murahan.
Ohya, gue memutuskan buat dapetin
cewek yang namanya Kayla. Cewek yang paling alim di sekolah. Wajahnya cantik,
manis, dan memiliki hidung yang berlubang dua. Rambutnya panjang, sepanjang
tali silaturhami. Postur tubuhnya tinggi. Dia adalah adik kelas gue. Banyak
cewek yang mengincarnya, hanya saja dia selalu berkata “Maaf, aku lagi fokus
UN.” Padahal dia baru kelas sebelas. UN nya masih lama, yaitu tahun depan.
Alasannya terlalu klasik.
Jam istirahat tiba, gue langsung
menghilang dari kelas. Bukan karena pakai jurus yang bisa menghilang, tapi gue
langsung berlari ke luar kelas dengan hati-hati agar teman-teman gue yang
kam*ret itu tidak melihat gue. Gue langsung menuju ke kelas si Qorun.
Gue lihat si Qorun lagi asyik dengan
laptopnya di dalam kelas. Ya, dia adalah orang yang selalu sibuk dengan
laptopnya. Bukan untuk belajar, hanya bermain game.
Pas
belajar, dia maen game.
Pas
istirahat, dia main game.
Pas
main game, dia main game.
Dia adalah orang yang berkepribadian
pelit. Apapun yang lu minta, dia selalu menjawab “Sebentar”, tapi sampai
berabad-abad dia tetap tidak memberikannya. Bahkan pernah gue minta uang
seratus juta, dia malah menjawab “Bentar, besok gue kasih”. Taunya pas besok
dia ga masuk sekolah, dia kejang-kejang hingga akhirnya dirawat dan biaya pengobatannya
mencapai seratus juta.
Kelas itu sepi, karena yang lainnya
sedang istirahat. Gue samperin dia aja yang lagi sibuk dengan laptopnya.
“Qorun!”
ucap gue berteriak memanggilnya sambil menghampirinya.
“Eh
elu John!” jawabnya. Qorun memang memanggil gue dengan sebutan John dari dulu.
“Gue
minta bantuan lu, Qor.”
“Bantuan
apa?”
“Gue
butuh pacar. Gue suka sama si Kayla anak kelas sebelas itu.”
“Terus?”
tanya Qorun dengan mengangkatkan alisnya sebelah.
“Ya
lu kan jagonya soal cewek. Gimana caranya?” tanya gue.
Dia
langsung diam, menutup laptopnya dan memandangi gue dengan sedikit sinis. Entah
apa yang ia fikirkan. Tapi dia terlihat sedang berfikir. Bahkan, kepalanya
mengeluarkan asap. Ah mengapa orang ini? asapnya semakin membesar, aromanya
tidak sedap. Lalu dia menjawab,
“Banyak
banget ya yang nanya ke gue tentang ini?” jawabnya
“Maksudnya?”
tanya gue ga ngerti.
“Ah
telmi lu.” Jawabnya sambil menepuk jidatnya, lalu dia melanjutkan “Gue tau
rencananya. Elu besok tunggu tuh di depan alun-alun seberang sekolah. Jam 8
pagi tepat.”
“Ngapain
Qor?” tanya gue bingung.
“Pokoknya
lu tungguin di situ oke?” jawab Qorun sambil tersenyum yang menurutnya manis
padahal begitu pahit. Lalu dia membuka laptopnya kembali.
Karena
gue percaya dengan ide Qorun yang jago banget soal cewek, gue setuju aja.
“Oke
deal, Makasih Qor. Lu memang baik.”
Jawab gue sambil bersalaman dengannya dan meninggalkannya.
FRIENDSHIT Part 2.8
Di depan kelas, temen-temen gue lagi
pada kumpul dan mukanya begitu mengkhawatirkan. Apalagi Qucli, dia adalah orang
yang paling mengkhawatirkan. Gue samperin aja mereka, eh taunya mereka langsung
pada meluk gue.
“Untung
lu ga ilang.” Mereka pada bilang gitu. Loh kenapa?
“Heh
Zean, lu kok tiba-tiba ngilang gitu sih di kelas? Kita cari kemana-mana kaga ketemu.”
Kata Fanhar dan Qobra yang mukanya sedikit sedih. Sementara Anung selalu sibuk
dengan stupidphone nya.
“Kalian
khawatir ya sama gue?” tanya gue sambil tersenyum manis (menurut gue).
“Engga,
bukan gitu. Ya bahaya kalau lu ilang. Kan elu punya banyak hutang ke kita. Enak
aja lu main ngilang aja.” Kata Rafat.
PLAKK!!
Dalam hati gue, ini anak gue kira pada khawatir sama gue. Taunya khawatir sama
hutang gue. Ternyata gue punya teman sekam*ret ini. Ampuni Baim Ya Allah.
Lanjut
Rafat,
“Si
Qobra nyari lu ke tempat pembuangan sampah ga ketemu. Si Fanhar nyari lu ke
tempat penimbunan solar, ga ketemu juga. Si Qucli malahan nyari lu ke padang
pasir, masih tetep ga ada. Gue juga nyari lu ga ada, padahal gue nyari di
google translate.”
Ahhh,
makin kesel aja nih gue sama temen-temen gue. Gimana mau ketemu, orang mereka
nyari di tempat-tempat yang ga jelas gitu. Akhirnya gue putuskan buat tetap
tersenyum dan menjawab mereka.
“Ah
engga kok, tadi gue mules abis dari kamar mandi. Ya masa gue harus ngajak
kalian.”
“Ya
gapapa kali, kan bisa kita kawal sampai tempat eksekusi.” Jawab Fanhar sambil
tertawa.
Kita
semua tertawa mendengar penjelasan itu, kecuali si Anung yang menangis melihat
adegan drama yang sedang ia tonton di stupidphone nya.
Jam pelajaran sudah habis, sudah
waktunya untuk pulang ke rumah. Akhirnya kita semua pulang dengan canda tawanya
anak sekolah. Benar-benar fantastis untuk hari ini.
FRIENDSHIT Part 2.9
Hari telah berganti, gue bangun dari
tidur gue yang ga normal. Di depan rumah sudah terlihat ada kucing yang lagi
berantem, anehnya kucing itu berantem sama makhluk yang paling kuat di rumah
ini, yaitu nyokap gue. Kucing itu mengandalkan cakaran dan taring yang ia
punya. Sementara nyokap gue mengandalkan sebuah pisau, tapi pisau pramuka.
Sayangnya gue tidak tertarik dengan pertandingan itu. Gue putuskan untuk mandi,
siap-siap, lalu berangkat ke sekolah.
Sesuai dengan omongan dari si Qorun,
gue disuruh nunggu di alun-alun seberang sekolah. Beruntung, angkot yang gue
pilih tidak selambat angkot yang kemarin. Sampai akhirnya, gue bisa sampai ke
alun-alun itu pukul 07.30. lebih cepat setengah jam dari yang dijanjikan oleh
Qorun. Tapi, ada seseorang yang duduk di sebuah tempat duduk dekat warung itu.
Setelah gue liat, ternyata itu Qobra. Lah? Lagi ngapain dia di sini? Kalau gini
caranya gue ga bisa dong buat ngelancarin rencana dengan Qorun. Gue samperin
aja ini anak.
“Ngapain
lu di sini?” tanya gue.
“Biasa,
cari angin.” jawab Qobra. Entah mengapa gue merasa dia sedikit jengkel dengan keberadaan
gue di sini. Padahal, gue yang harusnya jengkel melihat dia. Mana 20 menit lagi
gue bakal ngelancarin rencana itu lagi.
Tidak sampai di situ. Datang lagi
manusia kam*ret yang lainnya. Yaitu rafat. Dia datang mendekat, dan dia
terkejut melihat kita. Dia terkejut bak melihat setan. Ya kalau ngeliat si
Qobra sih wajar aja kalo yang liatnya kaget.
“Ngapain
lu lu pade di sini?” kata Rafat sambil mengangkatkan kedua alisnya memasang
wajah heran.
“Gue
lagi nemenin si Qobra cari angin.” Jawab gue sambil duduk di samping Qobra.
Setelah itu, muka Qobra semakin jengkel mendengar gue yang menjawab seperti
itu.
Seketika wajah Rafat pun memasang
raut muka yang kecewa, lalu ia pun ikut duduk bersama gue dan Qobra. Kita
bertiga tidak seperti biasanya yang selalu gila dengan celetukan-celetukan yang
memecahkan suasana, kali ini kita hanya bisa berdiam diri. Lebih tepatnya sibuk
dengan masing-masing ponselnya. Padahal, tinggal 15 menit lagi untuk eksekusi
mendapatkan Kayla. Kenapa 2 kam*ret ini ada di sini? Ah gagal deh gue.
Sementara itu, di seberang sudah
banyak murid yang masuk melewati gerbang sekolah. Itu tandanya aktivitas
sekolah sudah akan dimulai. Dan itu artinya Kayla akan segera datang ke
sekolah.
Sayangnya, ketika gue mengharapkan
Kayla yang datang, eh ada dua kam*ret lagi yang datang ke tempat kita. Kedua
kam*ret ini datang dengan arah yang berlawanan. Ya, kedua kam*ret itu adalah
Qucli dan Fanhar.
“Kok
lu semua ada di sini?” kata Fanhar dengan memasang muka shock sambil menghampiri kita.
“Lah?
Elu ngapain ke sini?” jawab gue.
“Ya
gimana orang lah, dia mau ke sini ya hak dia, Zean!” kata Qucli sambil
tersenyum dan so bijak. Lanjut Qucli, “Terus lu sendiri ngapain di sini?”
“Ya
gimana gue lah. Kan kata lu punya hak.” Jawab gue sambil memasang muka jengkel.
Keheningan
tercipta ketika kedua kam*ret itu datang. Gue yakin rencana ini gagal total,
karena adanya semua temen-temen gue di sini yang entah lagi ngapain. Apa mereka
tau rencana gue? Mana 5 menit lagi jam 8. Akhirnya gue punya ide aja biar
mereka minggat dari sini.
“Eh
bro, lu lu pade ga pada ke toiler?” tanya gue ke mereka.
“Ngapain
ke toilet? Gue udah makan!” jawab Rafat. Lah? Kok di toilet makan?
“Eh
serius? Biasanya, yang ke toilet jam segini, bisa dapat kupon umroh loh.” Kata
gue sambil memasang muka so serius.
“Ah
masa? Nyokap gue jam segini sering ke toilet, tapi ga dapet kupon umroh, malah
dapet kupon kurban.” Jawab Qobra.
“Apalagi
nyokap gue, kalo ke toilet malah dapet pahala. Soalnya kan bokap gue namanya
Hala. Jadi suka dapet Pak Hala. Haha.” Jawab Qucli so melucu.
KRIK...KRIK...KRIK...
*Selalu, dan tidak aneh. Qucli ini orangnya garing.
Lah?
Kenapa mereka pada ngejawab sih? Bukannya pada minggat. Gue liat waktu udah jam
8, ah Kayla pasti keburu datang.
Yang gue takutin bener-bener
terjadi. Kayla datang dari arah barat, dia datang dibonceng di motor sampai
depan gerbang. Eh tunggu dulu, perasaan gue kenal motornya. Oh SHIT! Ketika yang membawa motor itu
membuka helmnya, gue baru sadar bahwa itu Qorun! Kayla mulai turun dari
motornya, lalu dia sempat memeluk Qorun dan ia mencium ubun-ubunnya. Bahkan,
Qorun melihat ke arah kita dan tersenyum dengan penuh kelicikan. Oh NO! Dia
nikung gue!
Gue berdiri memasang wajah yang
kaget ga ketulungan. Temen-temen gue ikut-ikutan berdiri dan mukanya kaget.
Lah? Kok mereka ikutan kaget.
“Kenapa
lu Qobra?” kata gue.
“Elu
sendiri kenapa?”tanya nya.
“Itu
cewek yang gue incer! Eh ditikung sama si Qorun!”
“Loh?
Kok sama? Itu kan cewek incaran gue juga.” Jawab gue heran.
“Eh?
Kayaknya kita semua sama deh pada ngincer si Kayla. Iya kan?” Tanya Fanhar.
Kita
semua menganggukkan kepala, itu artinya iya!
“Dan
apa kalian juga sama, meminta bantuan kepada Qorun, terus Qorun minta kalian
nunggu di sini sampai jam 8?” tanya Fanhar kembali.
Untuk
kedua kalinya, kita semua ngangguk.
Gue cuma bisa terdiam, kenapa cewek
incaran kita sama semua? Lalu, kenapa caranya pun sama semua. Ini adalah kisah
percintaan yang konyol bagi gue. Dan yang jelas, si Qorun benar-benar
mempermainkan kita.
“Kita
dikerjain sama si Qorun, bro.” Kata gue ke mereka. Qucli hanya bisa mematung.
Sementara Qobra hanya bisa merenung dengan tatapan kosong. Ya, rekor untuk dia
kembali ditikung.
Rafat
tersenyum, lalu dia berkata, “Lain kali, jika kita kembali mengejar cinta, kita
tidak boleh masing-masing kayak gini. Kita harus kerja sama. Biar endingnya ga
kayak gini lagi.”
Gue
melihat Rafat, lalu gue tersenyum. “Ya, gue setuju. Sekarang, kita cari cara
buat balas kelakuan si Qorun.” Kata gue,
Mereka
langsung menatap gue dan tersenyum. “Gue setuju.” Kata Qobra dan semuanya
mengangguk.
“Ngomong-ngomong,
si Anung kemana?” tanya gue heran.
“Lah?
Dia kan ga ikutan sama rencana kita.” Jawab Fanhar.
Akhirnya
kita bersama-sama masuk ke gerbang sekolah. Namun, tepat di depan gerbang
sekolah, terlihat Anung sedang berjalan dan mesra-mesraan sama seorang cewek.
Hidungnya dipencet-pencet, telinganya di tarik-tarik, bulu hidungnya
ditarik-tarik, pokoknya mesra banget.
Tapi
tunggu, oh no! Ternyata wanita itu adalah wakil kepala sekolah ini, yaitu si Mamih.
Guru fisika yang di episode satu kehilangan kunci motor. Ah, ternyata mereka
mesra sekali.
Kita
melihatnya hanya bisa tertawa tanpa sedikitpun iri.
Dalam
hati gue, “Hai Qorun, tunggu pembalasan kita di episode lain!”
***BERSAMBUNG***
Author: Muhamad Fauzian S.
Visit me:
FB: Fauzian Sebastian
Ig: fauzian.muhamad
Ig: zianovel.aboutstory