FRIENDSHIT (Episode 1)

FRIENDSHIT
-Episode 1-


“Njirrrrrrrrrrrrrr..........!!!!!!!!” Itulah ekspresi temen-temen gue ketika mereka senang, sedih, marah, kaget, terharu, terpukau, ataupun yang lainnya. Semua hal yang ada dalam hidupnya, pasti diawali oleh kalimat itu. Mungkin kalo mereka nanti dikutuk jadi batu, mereka bakal tetep bilang “Njirr!”.
Temen-temen gue punya kebiasaan yang beda-beda. Karena kalo kebiasaannya sama semua, ya ga seru lah. Masa iya kalo kebiasaan satu temen gue hobinya mandi wajib, terus semuanya juga jadi suka mandi wajib. Kan jadinya ga seru. Nanti gue malah ngebahas mandi wajib dan tata caranya di sini.
Gue mempunyai banyak temen, dan yang pertama bernama Qucli. Dia adalah teman terbaik gue. Orangnya begitu sabar dan selalu tabah menghadapi sikap gue yang begitu ngocol. Tau ngocol? Ngocol itu adalah suatu kata yang terdiri dari huruf N-G-O-C-O-L. Semua orang juga tau lah. Lanjut, Qucli ini orangnya cool. Apalagi kalo lagi hujan dan suhunya dingin, dia bakal terlihat cool banget. Dengan wajah yang berbentuk bulat dan rambut dengan style yang jauh dari kata kekinian, dia selalu tampil lugu. Senyumnya yang selalu menjadi ciri khasnya. Jujur, dia itu orangnya begitu murah senyum. Tapi walaupun murah, gue muak kalo liat dia senyum. Kelebihannya cuma itu aja sih. Yang jadi masalah di hidupnya tuh ya kekurangannya. Apa kekurangannya? GARING. Kenapa gue bilang gitu? Karena kehidupannya begitu hampa. Setiap kata yang keluar dari mulutnya, bakal anyep dan mengeringkan suasana.
Saking garingnya ,
Jika dia ada di kutub utara, mungkin semua es nya bakal meleleh dan menyebabkan banjir sedunia.
Saking garingnya,
Kalo di suatu film, dia adalah pemerannya. Maka film itu bakal kering dan jika film itu diputar di bioskop, maka film itu akan membuat bioskop bangkrut.
Saking garingnya,
Kalo dia lagi deketin cewek, si cewek malah ngerasa kegerahan dan ogah ngeresponnya. Itulah yang menyebabkan Qucli selalu jomblo sampai detik ini.
Diantara temen-temen gue, Qucli adalah orang yang paling sering mandi wajib. Gue ga tau apa yang menyebabkan Qucli adalah orang yang sering mandi wajib. Itulah Qucli, pokoknya kalo ngomongin dia tuh ga ada abis-abisnya. Gue berharap cerita ini ga rusak gara-gara dia. Aamiin.
Yang kedua, temen sebangku gue, namanya Qobra. Semacam nama ular, tapi ini nama manusia, karena temen gue bukan ular. Otaknya memang cerdas, dan mempunyai skill yang mumpuni. Qobra ini postur tubuhnya sedikit kecil, dan badannya begitu kerempeng atau kurus. Bentuk mukanya oval dan berambut yang lebih buruk dari Qucli. Style rambutnya entah seperti apa, acak-acakan. Keriting dan tidak jelas. Namun begitu sinkron dengan kelakuannya yang selalu membuat temannya jengkel. Qobra ini adalah sumber kejengkelan bagi gue. Dia memang baik sebagai teman sebangku gue. Sayangnya jailnya minta ampun. Kalau gue lagi nulis, dia sering banget nyenggol tangan gue sampai kecoret. Bahkan pernah gue lagi ngegambar lingkaran, terus dia malah nyenggol gue dan yang terjadi gambar lingkaran gue berubah jadi gambar gunung dua. Itu yang paling menjengkelkan bagi gue. Biasanya gue bales dengan cara nyabutin rambut yang ada di kepalanya. Rambutnya gampang banget di cabut, karena dia menggunakan shampo yang tidak direkomendasikan oleh para ahli. Selain bagi gue, dia juga jadi sumber kejengkelan bagi temen-temen gue yang lainnya. Terutama si Qucli. Dia adalah sasaran empuk kejailan si Qobra. Ketika Qucli jalan, biasanya sendal Qucli selalu di injak dari belakang sampai terlepas. Untungnya sendalnya ga putus, coba kalo nyawanya yang putus? Bisa-bisa si Qucli bunuh diri kalau nyawanya terputus. Biasanya, Qucli selalu mengejar si Qobra kalau udah kayak gitu.
Itu adalah perkenalan temen-temen gue yang ga penting sama sekali. Karena yang penting itu jadi orang baik.
Pagi ini serasa segar sekali. Karena hari ini adalah hari minggu, hari libur sekolah. Gue paling suka sama yang namanya libur sekolah. Walaupun gue cuma diem di rumah tiduran di atas ranjang yang empuk, tapi itulah waktu gue buat istirahat dari kesibukan-kesibukan yang menguras energi gue setiap hari nya. Oh ya, gue lupa. Gue belum kenalan. Nama gue Zean Bastian, umur gue 17 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Gue adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Diantara temen-temen, gue bisa dibilang yang paling pendiem kalau lagi tidur. Hobi gue nulis. Tapi bukan nulis amal kebaikan dan keburukan. Karena itu adalah tugas malaikat. Ga adil juga sih kalo gue cuma ngomongin kebaikan gue. Kekurangan gue itu sering nimbun solar, menebang hutan, jualan boraks, dan makan minuman. Ah tapi boong sih ga gitu juga. Kekurangan gue yang sering dibilang sama temen-temen nih katanya gue itu orangnya jail dan ga jelas. Jail yang dimaksud adalah jail yang seru. Misalnya kalau orang lagi tidur, duitnya gue ambil 5 ribu. Terus gue balikin ke dia 10 ribu. Sengaja gue gituin biar dia panik uang 5 ribunya ilang, yang malah ada 10 ribu. Keren kan jail gue? Makasih gausah nyanjung gitu. Gue jadi malu. Yang kedua katanya gue ga jelas? Ya mungkin mata mereka yang terlalu minus ngeliat gue jadinya ga jelas. Cukup ya? Oke makasih.
Senin, bukanlah hari yang horror bagi gue. Karena hanya setengah jam berdiri di lapangan buat ngikutin upacara bendera doang mah bukan masalah bagi gue. Itu hal yang biasa bagi gue yang punya jiwa nasionalisme tinggi. Justru gue suka sama hari senin. Ini adalah awal yang tepat untuk menjadikan pekan yang indah. Bagi gue, yang horror itu ketika sepatu gue nginjek poop kucing, terus gue disuruh presentasi di kelas yang isinya cewek semua. Itu bisa diibaratkan seperti satu rusa datang ke sebuah kandang yang isinya ratusan singa. Lalu si rusa itu presentasi dan membuat si singa ini termotivasi. Singa itu pun meneruskan kuliahnya sampai S2. Akhirnya, singa pun lulus dan jadi pengusaha sukses.
Seperti biasa, sehabis upacara, gue suka nongkrong di depan kelas dengan temen-temen gue yang gilanya minta ampun. Ngomongin semua yang ada di otaknya. Biasanya gue nongkrong sama 4 temen gue. Yaitu Qucli, Qobra, Rafat dan yang terakhir Fanhar. Rafat adalah temen gue yang berasal dari kelas sebelah. Tidak ada yang spesial darinya. Hanya kegesrekan otaknya saja yang menghiasi hidupnya. Satu lagi adalah Fanhar. Kata temen-temen sih ini orang emang baik, tapi jailnya tuh aneh banget. Jail yang dimaksud aneh tuh kalo kita lagi jalan di pinggir sungai, dia tuh suka jail ngedorongin temennya sampe jatuh ke sungai. Lalu, temannya hanyut dan mati. Itu adalah jail yang hebat. Dia mah orangnya gitu.
“Ada adik kelas suka sama gue.” Rafat memecah keheningan.
“Bodo amat! Gue ga peduli.” Ketus gue.
“Eh kok lu gitu banget sih jadi temen. Lu sirik?” kata Rafat sambil nyolot.
Eh engga kok, ini gue lagi baca status di facebook. Terus ada yang komen ‘Bodo amat! Gue ga peduli’ nih liat.” Jawab gue sambil nunjukin hp gue.
“Oh, kirain lu ngejawab omongan gue.” Kembali jawab Rafat dan kali ini dia tersenyum.
“Ah kalian kayak Tom & Jerry aja berantem terus hahahaha.” Ucap Qucli sambil tertawa.
KRIK...KRIK...KRIK...KRIK. Suara jangrik yang belum lahir pun terdengar ketika Qucli ngomong.
“Apaan sih lu garing ah!” kali ini Qobra yang menanggapinya sambil memutar matanya
“Iya ah lu ga jelas.” Fanhar melanjutkan.
Seperti itulah kita, selalu kumpul di luar kelas saat istirahat. Kita selalu bercerita tentang kehidupan kita masing-masing. Rafat, adalah orang yang paling sering ngomongin tentang cewek. Mungkin karena banyak cewek yang suka ke dia, jadinya dia suka cerita sama kita. Yang kedua adalah Fanhar. Dia ini kalo ngomong suka yang tinggi-tinggi. Maklum, dia adalah anak keturunan dari orang tuanya. Qobra, adalah orang yang paling seneng ngomongin pelajaran. Dan menurut gue, itu adalah hal yang membosankan. Qobra ini mendapat julukan “so aktif”. Gue dan Qucli adalah orang yang tak lepas membahas dunia sepakbola. Biasanya ada yang suka ikut ngobrol dengan kita kalau lagi ngebahas tentang sepakbola. Yaitu si Borax, murid dengan badan yang begitu gendut dan wajah yang berbentuk oval. Orang yang tidak tahu keraphian, kesopanan, kepedulian, kesempurnaan cinta. Tapi dia adalah ketua kelas di kelas 12 D, yaitu kelas gue. Kehidupan kita di tiap harinya ya gitu-gitu aja. Tapi selalu ada hal yang menarik di dalamnya.
SAATNYA JAM PELAJARAN DIMULAI!” Suara bel terdengar.
“Yahhh perasaan cepet amat udah bel masuk lagi aja, baru aja istirahat.” Ucap Rafat sambil bangkit dari duduknya.
“Ya kalo lu mau istirahat yang puas mah istirahat aja dengan tenang di sisi-Nya.” Kali ini dijawab oleh Qucli.
KRIK...KRIK...KRIK... Suara jangkrik pun terdengar lagi.
“Elu ngelawak cli? Kirain gue lagi ceramah minta sumbangan. Udah ah gue mau masuk kelas, mana males belajar lagi.” Jawab gue.
Semua siswa masuk ke kelasnya masing-masing. Dan inilah kelas gue, isinya cowok semua. Udah kayak STM jurusan otomotif aja. Kelas gue adalah kelas yang paling berisik. Yang pinter dan yang badung ya sama aja pada gila kalo udah di kelas. Kebetulan, hari ini mereka semua pada males belajar. Kita selalu memakai cara ini ketika malas belajar. Pengen tahu caranya? Oke simak!
Ketika jam pelajaran masuk, dan kita males belajar. Pastikan kita mempunyai teman yang cablak atau paling sering celetuk ngomong. Di dalam kelas, ada dua orang yang biasanya kayak gitu. Namanya Bokir dan Homen. Jam kali ini adalah jam pelajaran IPA. Kita paling benci pelajaran IPA. Pelajaran yang paling bikin ngantuk. Pak Guru pun masuk ke kelas. Guru IPA di sekolah gue namanya Abu Hakam. Biasa dipanggil Pak Limbah. Alasannya simpel, dia adalah guru IPA. Dan materi yang selalu ia bahas adalah tentang Limbah. Maka dari itu, ia sering dipanggil Pak Limbah.
“Oke anak-anak saatnya berdo’a.” ucap Pak Limbah.
Borax sebagai ketua kelas pun menyiapkannya. “Sebelum belajar, alangkah baiknya kita berdoa. Karena hal yang terbaik untuk memulai kegiatan adalah berdoa. Dan pastikan kita berdoa harus kepada Allah, bukan yang lain. Lalu,........” belum selesai ngomong, Pak Limbah berkata.
“Mau berdoa panjang amat ngomongnya. Nanti....”
Berdoaaaa mulai..!”Borax memotongnya lagi.
Sudah tidak aneh bagi kita untuk melakukan hal-hal yang aneh. Menurut gue itu adalah hal yang membuat gue rindu sama sekolah. Karena yang gue rindu dari sekolah adalah suasananya. Masa terindah dalam hidup itu adalah masa-masa di sekolah. Biasanya kalau udah berdoa kaya gitu, kita sengaja memperlamanya hingga beberapa menit. Pak Limbah pun berkata.
“Berdoanya lama am.......”
“Berdoa selesai. Beri salam!”Lagi-lagi Borax memotongnya.
“ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAH WABAROKATU” Ucap teman-teman sekelas.
Pak Limbah sudah duduk dengan rapih dan mulai berkata“Oke anak-anak, kita masuk ke materi......”
“Kalo ada orang ngomong, jawab!” Ucap Homen dengan nada celetuk ciri khasnya.
“Udah dijawab tadi kan Bapak bilang Waalaikum salam.” Jawab Pak Limbah.
Maaf pak, saya lagi ngomong sama temen saya. Bukan sama Bapak.” Dengan kejailannya Homen menjawab seperti itu.
“AHHHHHH HAHAHAHAHAHA...!!!” Teman-teman sekelas langsung meneriaki dan mentertawainya.
Pak Limbah tersenyum dan mukanya memerah. Lalu, ia meneruskan bahasannya, “Sekarang kita masuk ke materi ekosistem...”
Ketika Pak Limbah sudah akan masuk ke materi, Bokir bertanya “Pak, kemarin saya melihat bapak maen ke Sentul.” Tanya Bokir
“Ah kata siapa? So tau kamu.” Jawab Pak Limbah.
Kan kemarin Bapak minta anterin sama saya dan saya nganterin bapak ke Sentul.” Ucap Bokir sambil berdiri.
“Oh iyaya Bapak lupa. Maklum, suka insomnia.” Jawab Pak Limbah.
“AMNESIA PAKKKKKKK!” Anak-anak meneriakinya.
“Kan Bapak mah insomnia, suka susah tidur.”
Gue bingung dan gue tanya “Apa hubungannya insomnia sama lupa Pak?”
Dengan sedikit menarik napas, Pak Limbah menjelaskan “Insomnia adalah penyakit orang yang susah tidur, alasan paling dasar biasanya kita suka mengenang masa lalu yang indah. Terutama yang belum bisa move on. Karena dari itu, dia suka mengingat masa lalu dan menutup diri di masa kini. Akhirnya, dia suka lupa sama kegiatannya hari ini dan otaknya selalu mengenang masa lalunya.”
Ouhhhhhhhhhh......................... Puitis amat pak.” kata gue.
“Kenapa kalian sedih?” tanya Pak Limbah bingung.
Gue dan temen-temen gue saling tatap dan Bokir dengan enaknya menceletuk.
Kita sedih pak, kenapa ya kita punya guru macam Bapak.”
“AHHHHHHHHHH HAHAHAHAHAHA.” Sontak seisi kelas tertawa terbahak-bahak.
Seperti itulah teknik dari anak-anak di kelas gue, kalau lagi malas belajar ya ngajak ngobrol guru sampai jam pelajarannya habis. Sebenernya di kelas gue tuh ada enak dan ga enaknya. Tapi ya gue anggap aja itu sebagai bumbu di ke hidupan yang indah selama masa sekolah gue.
“SAATNYA JAM ISTIRAHAT” Suara bel itulah yang membuat hati yang bosan ini menjadi kembali bersemangat.
Sebelum kita keluar kelas, ada seorang guru yang masuk. Guru yang tidak asing dari pandangan gue. Dia adalah guru IPS. Biasa dipanggil Pak Soang. Dia masuk ke kelas dan memberikan hasil ulangan di pekan lalu.
“Ini hasil ulangan minggu lalu.” Ucap Pak Soang.
“Minggu lalu mah libur pak, ga ulangan” Celetuk Homen dengan ciri khas muka polos.nya
Pak Soangg mengambil nafas dan berkata “Maksudnya pekan lalu homen.”
“Aduh maaf pak jangan dianggap becanda.” Celetuk Homen lagi.
“Kamu saya hukum nih.”
“Eh ampun pak ampun.”
“Yang nilainya kurang dari 80, di remed ya. Temui saya sehabis istirahat di kantor.”
SIAPPPPPP PAKKKKK!” Jawab teman-teman sekelas.
Pak Soang adalah guru yang cukup pelit terhadap nilai yang diberikannya kepada semua murid. Entah kenapa dia selalu seperti itu.
Hasil ulangan telah gue liat satu persatu dan tidak ada yang di remed selain Bokir dan Homen. Sudah terbiasa, kedua orang ini adalah anak langganan remedial di setiap mata pelajaran. Gue lega melihat nilai IPS yang jauh dari kata remedial. Sehabis itu, gue keluar kelas buat kumpul sama temen-temen gila gue.
“Zean, si Garing remedial IPS tuh.” Ucap Fanhar.
Ah udah ga aneh. Mungkin Pak Soang bosen liat jawaban dia yang garing itu.” Jawab gue.
Qobra dengan mukanya yang sedikit sombong berkata “Mungkin juga lu kurang piknik cli. Butuh kematangan intelektual untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.”
Gue mendengarnya dengan tatapan muka yang malas dan gue jawab “Yaelah lu bahasanya udah kayak Albert Einsten aja.”
Dengan senyum yang menjijikan, Qucli pun mulai berbicara. “Gue harus gimana dong?”
Tenang cli, gue bakal bantuin lu! Gue tau caranya.” Gue jawab dengan alis yang gue angkat sebelah.
“Gue juga tau caranya. Nanti gue tunjukkin!” Qobra tidak ketinggalan menjawabnya.
Qucli adalah anak yang sangat pemalas. Apalagi dengan hal yang namanya belajar. Jika bagi kita ga belajar tuh membuat kita rugi. Maka bagi dia belajar tuh rugi. Itulah dia, dengan kegaringannya, dia mampu bahagia.
Sementara itu, gue masuk ke kelas untuk menyusun strategi untuk membantu Qucli mengejar nilai remedial pelajaran IPS nya. Pak Soang, adalah guru yang paling kejam jika memberi tugas untuk remedialnya. Maka dari itu, gue cari jalan lain. Diluar kelas, Qucli dan Qobra sedang merundingkannya.
“Zeannn...Zeann....Zean....” Qucli berteriak memanggil gue.
Oy oy oy?” jawab gue sambil menghampirinya.
“Karena si Qobra anak yang paling aktif dengan yang namanya pelajaran, maka gue mau pake cara yang dia bilang aja.” Jawab Qucli.
Yaudah gimana lu aja. Padahal gue punya cara sendiri.” Jawab gue sambil mengangkatkan bahunya.
“Awas cli, si Qobra biasanya punya cara yang sesat.” Kali ini Rafat yang menjawabnya sambil tertawa.
“Eh enak aja, ini cara terbaik lah.” Ucap Qobra
Gue sedikit ragu dan gue tanya, “Emang ide lu apaan?
Dengan muka yang percaya diri, Qobra menjawab “Simpel, temuin Pak Soangnya. Lalu, pinta tugas remedialnya.”
Dengan memutar mata, gue menjawabnya “Itu cara yang biasa. Terlalu mainstream.”
Qobra menghembuskan napas, lalu menjawabnya “Itu adalah cara terbaik. Gimana cli? Mau ga lu?”
Qucli kembali tersenyum mendengar ide dari Qobra. “Oke, gue bakal lakuin.”
Ide itu sebenarnya sudah ada dalam benak gue. Tapi gue lebih milih cara lain, karena gue tau itu ide yang buruk. Pak Soang akan memberikan tugas yang begitu banyak kepada anak yang sedang remedial. Itu sih ga masalah, kan bukan gue yang di remed, tapi si Qucli.
Gue dan Qobra menemani Qucli untuk menemui Pak Soang.
“Assalamu’alaikum.” Ucap gue yang berada paling depan diantara teman-teman gue.
Waalaikumsalam. Ada apa nak?” Jawab seseorang yang ada di dalamnya.
“Ada Pak Soang ga pak?” Kali ini Qobra yang berbicara.
Pasti engga ada dong nak.” Orang ini menjawab dengan memutarnya matanya.
“Loh, kenapa emang pak?” gue tanya lagi.
Ya ini kan pos satpam nak. Pak Soang ada di kantor, bukan di sini.” Jawab satpam itu.
“Aduh maaf pak. Temen gue lagi mabok nih.” Gue menjawabnya lagi sambil menyalahkan temen-temen gue.
“Eh kan elu yang ngebawa kita kesini, berarti elu yang mabok, bukan kita,” Qobra menjawabnya.
Entah kenapa gue malah mendatangi pos satpam. Mungkin kepala gue masih berputar memikirkan ide kedua untuk membantu Qucli mengejar remedialnya. Kita akhirmya kembali berputar untuk menuju ke kantor tempat Pak Soang.
“Assalamualaikum pak.” Ucap gue memberikan salam untuk masuk ke ruangannya.
Pak Soang yang sedang berhadapan dengan laptopnya pun menghentikan aktivitasnya dan menjawab “Waalaikumsalam. Ada apa nak?”
“Saya mau remedial pak. Minta tugasnya” Jawab Qucli.
Oh iya, kamu kelas apa?” tanya Pak Soang.
“Kelas 12 C pak.” Jawab Qucli
Oh, tugasnya ngerangkum buku paket IPS dari halaman 23 sampai 71.” Ucap Pak Soang.
Gue ngedengernya ga kaget, biasa aja. Karena gue tau bahwa Pak Soang bakal ngasih tugas yang berat seperti itu. Sudah menjadi tradisi bagi Pak Soang memberikan tugas yang begitu banyak untuk remedial siswanya.
“Oh gitu pak. Ya udah iya pak.”
Dikumpulkan sore ini ya tepat jam 3 sore.”
“Hah?” Qucli kaget.
Hih hah! Udah sana kerjain.”
“Eh iya pak.”
Gue sebenernya pengen ketawa ngedengernya. Karena dari awal gue sudah menduga kalau ide yang dibuat oleh Qobra terlalu mainstream dan cukup buruk. Terpaksa kita harus kembali ke kelas buat rundingin ke depannya. Saat kita sedang jalan di lorong-lorong sekolah, ada guru fisika yang sedang kebingungan. Dia biasa di bilang Mamih. Guru favorit gue. Biasanya guru fisika itu killernya minta ampun. Tapi di sekolah ini, Mamih adalah guru yang paling baik walaupun sebenernya usianya sudah tua. Selain guru fisika, dia juga menjabat sebagai wakil kepala sekolah. Gue memutuskan untuk menghampirinya, tetapi Qucli dan Qobra tetap melanjutkan ke kelasnya untuk mengurus remedialnya.
“Kenapa mam?” tanya gue sambil mendekatinya.
“Eh Zean, ini ibu lagi nyari kunci motor. Kemana ya kayaknya jatuh.”
“Boleh saya bantu bu?”
Boleh Zean, kamu cariin ya. Ibu mau ke kantor dulu.”
Terlintas di fikiran gue buat manfaatin Mamih sebagai subjek remedial dari temen gue yaitu Qucli. Sambil mikir-mikir, gue matangin rencana ini. Belum selesai gue mikir, Qucli sudah kembali dari kelas. Kali ini Fanhar dan Rafat ikut. Sementara Qobra tidak ikut.
“Ngapain lu Zean?” tanya Fanhar sambil berjalan menghampiri gue.
“Gue lagi bantuin Mamih nyariin kunci motornya yang hilang.” Jawab gue sambil terus mencari kunci motonya di pinggir lorong-lorong sekolah.
“Mau jadi detektif lu?” Ucap Rafat menanggapi omongan gue tadi.
“Emangnya gue Upin & Ipin? Detektif-detektifan segala.” Jawab gue sambil memutarkan mata gue.
Heh Zean, detektif itu Conan, bukan Upin & Ipin.” Fanhar menjawab omongan gue.
“Eh iyaya? Gatau ah. Itu lu gimana cli remedialnya?” ucap gue sambil terus memperhatikan sisi dari lorong sekolah.
Gue dapet ide dari Qobra lagi, katanya gue harus memohon untuk mengurangi tugasnya karena ini terlalu banyak. Gue sih setuju.” Jawab Qucli dengan percaya dirinya
“Eh jangan cli, gue saranin mending......” jawab gue, namun belum beres gue berbicara, Qucli sudah memotongnya.
Udah deh gue ke kantor dulu. Mau minta ngurangin dulu. Ayo fan, Raf.” Ucap Qucli meninggalkan gue.
“Oke ayo, gue nganter Qucli dulu ya Zean. Elu terusin aja jadi detektif nya.” Ucap Rafat.
Mereka pergi meninggalkan gue sendirian yang masih mencari kunci motor guru kesayangan gue, yaitu Mamih. Setelah gue muter-muter di lorong sekolah, akhirnya gue tetep aja gagal buat nemuin kunci itu. Gue putuskan buat menyerah dan menghampiri Mamih di ruangannya. Di sana, gue ga nemuin Mamih sama sekali. Yang gue temukan itu lebih penting, tenyata kunci motor itu ada dibawah tempat minumnya. Ya otomatis gue ambil aja kunci motornya buat di amanin. Gue pun keluar ruangan itu dan menemukan Qucli yang wajahnya makin stress saja. Kali ini dia sendiri, karena biasanya kalau sudah jam 12 lewat itu Fanhar, Rafat, dan Qobra istirahat di salah satu warteg buat makan.
“Kenapa lu cli? Muka lu gitu amat. Nambah garing aja lu.” Ucap gue sambil tertawa ngeliat wajahnya yang semakin pucat.
“Kacau Zean. Masa gue minta di kurangin tugasnya malah ditambahin. Stress benget itu Pak Soang.” Jawab Qucli sambil memgang kepalanya dengan kedua tangan.
“Lu yang stress. Mau aja ngikutin ide si Qobra.” Jawab gue sambil cengengesan,
“Ya kan dia paling aktif dalam pelajaran, jadi gue ya percaya aja sama dia.” Jawab Qucli membela.
“Iya deh gimana lu aja. Sekarang gimana hasilnya? Nihil kan? Garing sih lu.” Jawab gue sambil tertawa.
Lu punya cara yang lain?” Tanya Qucli dengan muka belas kasihan.
“Ga tau deh harus gimana sekarang. Udah yu temenin gue dulu nganterin kunci motor dulu nih punya Mamih. Gue ga tau Mamih sekarang dimana.” Jawab gue sambil memegang jidat.
Eh gue tau, Mamih tadi di ruangan Pak Soang lagi ngobrol.” Ucap Qucli.
“Oh ya? Ya udah kita ke sana. Pegangin nih kunci motornya.” Jawab gue sambil memberikan kuncinya ke dia.
Iya sini gue pegang.” Ucap Qucli sambil mengambil kuncinya.
Gue dan Qucli pun ke ruangan Pak Soang. Sebenernya gue males ketemu Pak Soang kalo lagi stress gitu. Tapi ga masalah sih. Lagian gue ke kentor cuma mau nganterin kunci motor punya Mamih doang.
“Assalamu’alaikum.” Ucap gue.
“Waalaikumsalam. Masuk.” Jawab pak Soang
“Pak, Mam.” Gue dan Qucli salam ke mereka berdua.
“Mau ngapain lagi kesini Cli? Bapak lagi pusing nih stress. Mau ditambahin lagi tugasnya?” Ucap Pak Soang ke Qucli.
“Engga pak, saya kesini mau nemenin Zean buat ngasih kunci motor ini ke Mamih.” Jawab Qucli.
“Hah? Sini saya liat.” Ucap Mamih sepertinya kaget.
Lanjut Mamih sambil memberikan kuncinya ke Pak Soang. “Ini kuncinya ketemu pak.”
“Alhamdulillah ini kunci motor bapak ketemu. Bapak udah pasrah ini kunci motor satu-satunya dan gantungannya berisi STNK, sama SIM nya. Kamu yang nemuin?” tanya Pak Soang ke Qucli.
Di situ kita diam dan Qucli menatap gue. Ide gue muncul disini, dan gue jawab. “Tadi pas saya lagi nyari kunci, eh si Qucli datang dan dia nemuin kuncinya Pak.”
“Kamu yang nemuin nya cli? Makasih ya nak beruntung kunci ini masih ketemu.” Ucap Pak Soang sambil tersenyum.
“Terus remedial dia gimana pak?” tanya gue sambil mengangkat kedua alis.
Mamih mengambil nafas lalu berkata “Udah pak, bebasin aja remedialnya. Kan dia udah nemuin kunci bapak.”
Pak Soang terlihat sedang berfikir, lalu ia bilang“Yasudah Qucli, nilai kamu aman dan tidak remedial.”
“Hah? Serius pak?” Qucli kaget.
“Iya beneran.” Jawab Pak Soang sambil tersenyum
“Alhamdulillah, terima kasih pak” ucap Qucli.
“Sama-sama.” Jawab Pak Soang.
“Yaudah permisi Pak, Bu.” Qucli dan gue pamit.
Gue dan Qucli keluar ruangan. Baru kali ini gue liat Qucli senang dan wajahnya ga garing walaupun senyumannya tetap menjijikkan.
“Zean, makasih banget. Gue baru nyadar, ternyata lu cerdas juga.”  Ucap Qucli sambil tersenyum so manis.
“Gausah senyum gitu, jijik gue wkwk. Ya emangnya elu tuh sampe ke otak-otaknya juga garing.” Jawab gue sambil cengengesan.
“Berarti lu punya cara dong biar gue dapetin cewek?” Qucli bertanya dengan muka yang serius.
“Yakin lu pengen punya cewek?” jawab gue sambil mengangkat kedua alis.
“Iya yakin.” Ucap Qucli tersenyum.
“Oke gue fikirin dan rundingin sama anak-anak dulu ya.” Jawab gue.

***Bersambung***

Tunggu lanjutannya di FRIENDSHIT Episode 2


Penulis: Muhamad Fauzian
ig: fauzian.muhamad
tweet: @fauzianmuhamad6
FB: Fauzian Sebastian

Kenalan dulu yu, karena ada istilah tak kenal maka tak sayang. Ya walaupun terkadang udah lama kenal eh ga disayang-sayang. Giliran udah kenal dan udah sayang, eh malah ditinggal pas lagi sayang-sayangnya.

Share this

Previous
Next Post »