Tuhan, Sampaikan Rinduku Padanya

Tuhan, Sampaikan Rinduku Padanya


            Kamu adalah nama yang selalu ku sebut dalam do’a. Hati ini membutuhkan obat untuk menambal luka yang sedang membara. Aku selalu berdoa agar kita kembali dipertemukan. Aku tahu dan aku sadar, bahwa aku belum bisa memilikimu. Namun, yang aku inginkan adalah BERTEMU. Sungguh, rindu itu adalah kata yang indah. Tapi rasanya sangat menyiksa.
            Aku tidak pernah tau apa arti dari rindu yang sebenarnya. Karena yang ku tahu, rindu itu sangat menyiksa. Tidak ada solusi terbaik untuk mengobati rindu selain bertemu langsung secara tatap muka. Rindu itu tidak bisa dihentikan, karena rindu itu hanya bisa diredakan. Mengapa aku bilang seperti itu? Karena aku sering merasakan ini. Ketika aku bertemu dengannya, aku merasa senang dan hati itu begitu terobati. Tapi satu detik setelah dia menghilang dari pandanganku, rasa rindu yang amat sakit itu kembali menghampiriku.
            Tangan ini selalu ku angkat, kalimat ini selalu aku ucap setiap saat, dan hati ini selalu memaksaku untuk segera menemuimu. Hampa, yang ku rasakan saat ini. Sunyi, yang menemaniku detik ini. RINDU, YANG MENYIKSA KU SETIAP HARI. Fikiran ini melayang tak tau arah. Hati ini mengambang tertimpa oleh dentuman ombak. Dan raga ini mempunyai luka yang begitu perih untuk segera diobati.
            Biasanya ketika aku rindu, aku hanya terbaring di atas ranjang yang begitu empuk. Lalu, aku selalu memikirkannya oleh akal gila ku. Mengapa aku berkata akal gila? Karena jika akal ini begitu sehat, aku akan berfikir lebih lurus untuk menolong hati ini yang amat tersiksa. Jujur, kalau boleh dibilang, akal ini terlalu egois. Ia tidak memikirkan hati yang kondisinya semakin buruk. Tubuh ini dipaksa untuk terbaring dan seakan-akan sedang terpuruk. Padahal, yang menyebabkan ini semakin terpuruk adalah akal yang gila ini. Jika menggunakan akal sehat, rindu itu adalah yang hal yang kecil. Namun kembali, akal gila ini memaksa hati agar hal yang se kecil ini, menjadi besar dan begitu menyiksa.
            Kini, hanya do’a yang bisa aku panjatkan. karena takdir itu sudah diatur oleh Tuhan. Hanya kepada-Nya lah aku meminta. Aku selalu berdoa agar kita segera dipertemukan. Dalam suatu waktu yang sunyi, aku tak sedikitpun mengeluarkan bunyi. Mulut ini seakan terkunci. Karena yang sedang merasakan ini semua adalah hati.


Aku selalu percaya, Tuhan mempunyai rencana yang indah,
            Rindu ini tidak akan berakhir tragis. Karena aku selalu percaya, Tuhan mempunyai rencana yang manis untuk hatiku yang sedikit demi sedikit telah terkikis. Cinta telah mengajarkanku untuk mempelajari rasa rindu. Tapi sampai saat ini, aku tidak pernah mengerti apa itu rasa rindu.
            Aku selalu percaya, Tuhan menyiapkan yang terbaik,
            Rindu ini akan terobati. Rasa yang telah menyiksa dan membuat hatiku tersakiti, akan segera mati. Karena aku yakin, aku akan bertemu dengannya dalam waktu dekat ini. Entah apa yang lebih bahagia dibanding bertemu denganmu secara tatap muka. Karena bagiku, itulah yang paling indah.
            Aku selalu percaya, Tuhan mempunyai cara membuatku bahagia,
            Entah apa yang akan terjadi nanti, yang jelas aku akan segera bahagia dengan apa yang telah di rencanakan oleh-Nya. Entah apa yang orang lain katakan, yang jelas, AKU RINDU.


“Aku akan mengangkat tangan untuk terus berdoa. Karena aku yakin, yang bisa merubah itu adalah DOA. Sementara itu, RINDU ini akan segera terobati dengan waktu yang dekat ini. Yang jelas, AKU RINDU. Dan RINDU itu, akan sampai kepadamu melalui DOA yang telah aku panjatkan.”


Penulis: Muhamad Fauzian S.
Ig: fauzian.muhamad
Tweet: @fauzianmuhamad6
FB: Fauzian Sebastian

Kenalan dulu yu, karena ada istilah tak kenal maka tak sayang. Ya walaupun terkadang udah lama kenal eh ga disayang-sayang. Giliran udah kenal dan udah sayang, eh malah ditinggal pas lagi sayang-sayangnya.

Share this

Previous
Next Post »