CERPEN "Hidup Itu Tentang Sistem Trial and Error"

CERPEN Hidup Itu Tentang Sistem Trial and Error

Hari ini, adalah hari sabtu. Itu berarti, besok adalah hari minggu dan kemarin adalah hari jum’at. Itu  mungkin info terburuk, tapi aku sengaja menulisnya untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Seperti biasa, aku sudah rapih karena semenit yang lalu aku sudah sisiran rambut.
Aku bernama Jean, berwajah tampan dan bertubuh atletis, itu juga kata mamah. Tidak pernah merokok dan tidak pernah keluar malam, tapi sering mandi wajib. Aku adalah anak baik, karena jika jahat, aku akan membunuh kalian semua. Sayangnya aku terlalu baik, makanya sering ditolak cewek dengan alasan “Kamu kurang jahat buat aku”. Ya seperti itulah kira-kira. Dengan kekurangan dan kelebihanku, aku senang menjalani hidup ini.
Seperti biasa, jika aku sudah mandi, aku akan menatap cermin dengan begitu lama untuk mengamati seluruh tubuhku, lalu aku berlagak seperti artis yang terkenal. Seperti itulah aku, orang yang sering mengkhayal. Aku selalu ingin terlihat rapih, karena aku suka dengan kerapihan. Untuk hari ini aku memakai celana hitam panjang dan kaos kuning. Seperti itulah style ­ku. Simpel dan keren.
Hari ini, ada satu agenda yang akan aku jalani. Yaitu membuat SIM C (Surat Izin mengemudi). Aku untuk pertama kalinya mencoba tes itu. Apa salahnya untuk mencoba? Hidup itu tidak akan indah jika tidak berani mencoba. Tentunya mencoba untuk hal yang positif, tetapi tidak semua hal yang positif. Karena tidak semua hal yang positif bisa untuk dicoba. Contohnya positif hamil, itu bahaya bagi kalian yang belum menikah. “HINDARI HAMIL DI LUAR NIKAH”. Yahh jadi iklan. Lanjut cerita dah.
Dengan semangatnya aku memacu motorku ke PEMDA (Pemerintah Daerah) untuk mencoba membuat sim ku. Jalanan begitu macet. Maklum, jalur puncak sudah biasa macet. Jadi aku rasa, ini adalah hal yang terlalu mainstream. Karena kemampuan mengendarai motorku seperti Valentino Rossi, maka dengan mudahnya aku melewati kendaraan-kendaraan yang ada di depanku. Debu, polusi, dan keringat mulai mengotori wajahku. Tapi untungnya tadi aku sudah memakai sabun cuci muka bermerk *Tettttttt (disensor).
Begitu lama aku di perjalanan, karena kebetulan jarak rumahku dengan lokasinya cukup jauh. Aku putuskan berhenti dulu di pinggir jalan untuk membeli gorengan favoritku jika aku sedang perjalanan jauh. Tapi ketika aku lihat, tempatnya sudah ganti. Dia sudah tidak menjual gorengan, tetapi menjual minyak kadal. Aku ingin kecewa dan merenung, tapi sayangnya aku tidak se alay itu. Aku putuskan untuk melanjutkan perjalanannya.
Ketika aku sampai di sana, begitu terkejutnya aku. Di samping kantor polisi, sudah banyak orang yang antri. Bahkan ratusan orang. Aku sudah down karena aku yakin, aku harus membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu giliranku. Namun ketika aku cari tahu, mereka antri untuk mendapatkan kupon kurban, bukan untuk membuat sim. Karena kebetulan 2 hari lagi adalah Idul Adha. Aku mendengarnya beegitu tenang dan aku ambil kesimpulan. Hidup itu jangan so tau sebelum kita benar-benar tau seutuhnya. Hal yang kita duga, belum tentu benar.
Aku masuk ke kantor polisinya dan mendaftar untuk membuat sim. Karena masih pagi, aku mendapatkan nomor antri pertama. Dengan senangnya aku memasuki ruang praktik ujiannya. Aku begitu grogi, karena aku sadar ini tidak mudah karena ini adalah yang pertama kalinya.
Sekitar 4 jam, aku menyelesaikannya. Aku begitu dagdigdug menunngu hasilnya. Namun sayangnya aku tidak lulus. Aku tidak mendapatkan sim itu. Aku sedikit stress mendengarnya. Karena jarak antara rumah dan lokasi pembuatan sim begitu jauh. Kali ini aku begitu kecewa dan merenung. Ya, sekarang aku se alay itu.
Ketika aku sedang melamun, ada seorang polisi mendatangiku. Dia duduk disebelahku. Lalu dia bilang.
“Kenapa dek?” tanya pak Polisi.
“Saya ga lulus ujian sim pak.” Jawab saya
“Udah berapa kali ikutan ujian?”
“Baru aja nyoba sekali pak. Rumah saya jauh pak dari sini.”
“Hebat dek!”
“Hebat apanya pak orang saya ga lulus ujian simnya. Ngeledek”
“Adek hebat udah mau nyoba.”
“Maksudnya?”
“Hidup tuh gitu. Harus berani mencoba. Jika kita tidak berani mencoba, maka kita tidak akan menghasilkan apa-apa.”
“Saya ini sudah mencoba bikin sim, tapi gagal. Tetap aja kan udah mencoba tapi ga menghasilkan apa-apa.”
Dengan memegang bahuku, ia bilang “Siapa bilang dek? Jika kamu sudah mencoba, maka kamu akan menghasilkan sesuatu walaupun kamu gagal. Mengapa saya berkata seperti itu? Karena manusia itu hebat jika berani mencoba. Kegagalan, adalah hal yang biasa. Berani mencoba saja sudah luar biasa. Jika kamu gagal, apa yang kamu dapatkan? PENGALAMAN. Ya, pengalaman adalah guru terbaik dalam sebuah kehidupan. Kamu harus terus mencoba walaupun akhirnya gagal. Hebat dek!”
Lalu, bapak polisi itu pergi begitu saja ketika beres berbicara. Namun aku sadar, apa yang diomongkan oleh pak polisi tadi itu benar. Aku senang mendengar omongannya. Begitu memotivasi. Aku sekarang tidak merenung lagi, tapi tersenyum. Aku putuskan untuk pulang. Dan akan mencobanya di hari lain.
***


Sistem Trial and Error
(n) suatu sistem dari IT (Information Technology), yaitu sistem mencoba-coba dalam perbaikan dari suatu masalah hingga terjadinya error atau kerusakan.

Kesimpulan
Terkadang, hidup itu harus seperti itu. Harus berani mencoba walaupun akhirnya gagal. Jika kita tidak berani mencoba, maka kita tidak akan pernah menghasilkan apa-apa. Jika sudah mencoba, walaupun akhirnya gagal, setidaknya kita akan mendapatkan PENGALAMAN. Apa itu PENGALAMAN? Yaitu guru terbaik dari sebuah kehidupan. Pengalaman akan mengajarkan kita untuk memperbaiki kehidupan di masa yang akan datang.


Muhamad Fauzian S.
Ig: fauzian.muhamad
Tweet: @fauzianmuhamad6

FB: Fauzian Sebastian

Kenalan dulu yu, karena ada istilah tak kenal maka tak sayang. Ya walaupun terkadang udah lama kenal eh ga disayang-sayang. Giliran udah kenal dan udah sayang, eh malah ditinggal pas lagi sayang-sayangnya.

Share this

Previous
Next Post »